Koalisi besar atau koalisi kebangsaan yang diwacanakan akan dibentuk oleh lima partai politik (Gerindra, Golkar, PKB, PPP dan PAN) menandakan iklim demokrasi di Indonesia suram.
Pernyataan itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Dedi Kurnia Syah menyikapi munculnya wacana koalisi besar atau koalisi kebangsaan ketika berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/4).
“Koalisi besar menandai suramnya iklim demokrasi,” tegas Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini.
Menurutnya, koalisi besar dianggap membuat iklim demokrasi suram lantaran menghambat demokrasi. Argumentasinya, adanya koalisi besar akan memunculkan upaya membatasi kandidat calon presiden dan calon wakil presiden lain dalam kontestasi Pilpres 2024.
Padahal, lima partai politik dari dua koalisi tersebut (KIB dan KKIR) sudah benar membentuk koalisi masing-masing, serta mengusung calon presidennya sendiri agar masyarakat mendapatkan pilihan ketika memilih pemimpinnya.
“Juga menumbuhkan oligarki, di mana kekuasaan hanya dikendalikan oleh sekelompok kecil elite, tentu sulit berharap pemerataan pembangunan dari proses politik yang demikian,” tutup Dedi.
Sumber: rmol
Foto: Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah/Net