WANHEARTNEWS.COM - Sikap Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang berbicara soal Capres dengan latar bendera kementerian, kian mempertegas anggapan publik bahwa benar Presiden Joko Widodo intervensi soal Capres pada Pemilu 2024.
Penilaian itu disampaikan Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, menanggapi pernyataan Bahlil yang beredar di media sosial soal Capres, bahwa yang mau menang harus baik dengan Presiden Jokowi
"Saya kira apa yang disampaikan Bahlil tidak pas dengan posisinya sebagai menteri. Apalagi ia jelas-jelas memakai pin menteri, bahkan ada bendera kementerian di sampingnya. Publik dapat menilai Bahlil tidak dapat membedakan antara ia sebagai menteri dan sebagai pendukung Jokowi," kata Saiful, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (14/5).
Harusnya, sambung Saiful, sebagai menteri, Bahlil tidak perlu menyatakan hal itu, terlebih disampaikan dengan menggunakan atribut kementerian.
"Boleh saja jadi kepanjangan tangan Jokowi, tapi harus tau tempat, waktu, dan konteks. Kalau masih memakai atribut jabatan, tidak elok bicara Pilpres, apalagi menghubungkan dengan Jokowi sebagai presiden," katanya.
Akademisi Universitas Sahid Jakarta itu juga menilai, pernyataan Bahlil dapat merusak marwah Jokowi sebagai presiden. Mata publik saat ini sedang tertuju kepada presiden yang dianggap terlalu intervensi kepada Capres 2024.
"Anehnya, justru menteri-menteri yang mempertajam anggapan publik itu, dengan sengaja menggunakan atribut kementerian untuk bicara kekuasaan Jokowi atas Capres dan Cawapres," katanya.
Bahkan, Saiful menilai, pernyataan Bahli seperti ajakan kepada Capres dan Cawapres untuk mendekat ke Jokowi.
"Saya kira Bahlil sangat tidak etis menyatakan itu. Jokowi harus menegurnya. Ini harus jadi perhatian serius presiden, karena tidak semestinya menteri justru memperkeruh suasana, seakan-akan presiden berkepentingan untuk Pilpres 2024 mendatang," pungkas Saiful.
Pada video yang beredar di media sosial, Bahlil menyorot soal survei tingkat kepuasan masyarakat kepada Presiden Jokowi sebesar 82 persen. Bahlil menganggap itu sebagai rekor bersejarah, bahkan tertinggi di dunia.
"Hati-hati ini Capres Capres, kalau mau jauh-jauh dengan Pak Jokowi, ya sudah hasilnya tau sendiri. Jadi ini saya mau jujur, bagi Capres yang mau menang, baik-baiklah kalian dengan Bapak Presiden Jokowi. Tapi kalau mau bikin antitesa, ya silakan, hasilnya juga akan ketahuan. Kenapa? Ini bukan kata saya nih, kata survei ini," kata Bahlil di video itu.
Sumber: RMOL