WANHEARTNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempunyai strategi lain mengganggu Partai Demokrat dalam mencapreskan Anies Baswedan setelah menggunakan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Hal ini terlihat melalui komentar pengamat politik Rocky Gerung ketika melihat ratusan kader Demokrat mundur di sejumlah daerah.
Menurutnya, mundurnya ratusan kader Demokrat menjadi bukti kecil adanya desain untuk melucuti fungsi partai yang mengusung Anies Baswedan itu.
"Jadi bukti-bukti kecil yang mengarahkan ada desain besar memang untuk mencuci Partai Demokrat, sebetulnya bukan melucuti Partai Demokrat," ungkapnya.
"Melucuti fungsi Partai Demokrat yang mengusung Anies kan itu dasarnya, jadi kelihatannya begitu, kalau soal hukum ya agak berat lah kan," sambung Rocky.
Lebih lanjut, Rocky mulai membahas Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan Moeldoko ke Mahkamah Agung (MA), tidak mungkin ia mempunyai kekuatan untuk menang.
"Masyarakat kelas menengah juga tahu bahwa bagaimana mungkin Moeldoko itu menang PK sementara dia sendiri itu nggak punya kekuatan untuk menerangkan bahwa dia mampu memimpin Demokrat," ujar Rocky.
Sehingga banyak yang menganggap bahwa Jokowi berperan besar di dalamnya, dan kemudian ketika publik tahu rencana ini, presiden pun mencari strategi lain.
"Jadi dianggap bahwa ya Moeldoko pasti disuruh Jokowi, nah Jokowi mungkin merasa sudah terlalu jauh lah orang udah tahu," ucapnya dikutip WE NewsWorthy dari YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (6/5).
"Maka Jokowi mungkin cari strategi lain yang kalau bisa tokoh-tokoh potensial Demokrat di berbagai daerah terutama di wilayah-wilayah lumbung suara Jawa Barat misalnya Jawa Timur itu boleh di sogok untuk pindah," tandasnya.
Sumber: newsworthy