WANHEARTNEWS.COM - Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ade Mulyana mengatakan masalah kepartaian yang tengah melanda Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sebagai upaya menjegal Anies Baswedan maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dia menjelaskan, terdapat dua masalah hukum yang menghantam dua partai dalam KPP, yaitu Demokrat dan NasDem.
Masalah ini, sambung dia, menyebabkan Anies kemungkinan gagal maju jadi capres di pesta demokrasi mendatang.
“Ini memang bukan pengaruh dari faktor anies secara pribadi atau personal anies, tapi ini lebih pada faktor yang dipengaruhi oleh partai-partai pengusung Anies Baswedan,” kata Ade dalam konferensi pers rilis hasil survei LSI Denny JA di Jakarta, Senin (5/6/2023).
Kasus hukum pertama yang melibatkan Partai Demokrat adalah masalah terkait Kongres Luar Biasa (KLB) antara kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Masalah yang berlangsung sejak 2021 ini berawal ketika KSP Moeldoko mengklaim bahwa ia berhak mengambil alih demokrat.
“Temuan terbaru dari pihak Moeldoko yang akhirnya diklaim 4 bukti baru ke MA (Mahkamah Agung) sebagai Peninjauan Kembali. Nah ini kalau hasilnya nanti keputusan MA justru mengesahkan demokrat kepemimpinan Moeldoko berarti dukungan saat ini kepada Anies yang dipimpin oleh demokrat versi AHY ini otomatis berubah,” jelas Ade.
Ia melanjutkan jika Peninjauan Kembali dikabulkan oleh MA, tidak menutup kemungkinan kepengurusan Demokrat menjadi dualisme.
Atau skenario terburuknya adalah MA mengakui kubu Moeldoko, tentu akan mempengaruhi jalan Anies mendapatkan tiket capres.
Selanjutnya ada juga masalah yang menimpa Partai NasDem. Kasus korupsi BTS 4G yang menyeret mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Sekretaris Jenderal (Sekjen) NasDem, Johnny G. Plate, dinilai Ade sebagai kasus hukum tebang pilih.
Meskipun kasus ini murni sebagai kasus hukum dari korupsi, namun pengungkapan masalah ini ke publik di tengah memanasnya isu Pilpres 2024.
Sehingga terkesan mendukung penjegalan kelompok oposisi untuk bertarung melawan kelompok koalisi pemerintahan saat ini.
“Jadi meskipun ini kasus hukum murni, tapi tidak bisa dielakkan ini terkesan bahwa hukum hanya tajam ke oposisi tapi tumpul ke koalisi,” ungkap Ade.
Masalah yang menimpa partai pengusung Anies tidak berhenti sampai di situ. Selain dari partainya, Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, juga terkena imbasnya karena dua bisnis, katering dan properti, mengalami kerugian yang luar biasa akibat pemutusan kerjasama dan terhambatnya peminjaman dana di bank.
“Jasa katering yang sekarang sudah berjalan 30 tahun di Freeport ini terancam diganti dan usaha properti senilai 8 T ini macet karena kabarnya Pak Surya Paloh tidak mendapat pinjaman dari bank. Lagi-lagi ini dikaitkan dari efek NasDem mencalonkan Anies sebagai capres,” kata Ade.
Survei LSI Denny JA: Prabowo Menang dari Ganjar, Jika Anies Baswedan Tidak Dapat Tiket Pilpres 2024
Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan, jika bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan tak maju pada Pilpres 2024, Prabowo Subianto bisa menang telak melawan Ganjar Pranowo.
"Ketuk palu Mahkamah Agung yang mungkin memenangkan gugatan Moeldoko atas Partai Demokrat pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), bisa menjegal Anies. Kemungkinan kalahnya Demokrat versi AHY di Mahkamah Agung belum pasti. Tapi kemungkinan itu tak pula bisa sama sekali diabaikan," jelas peneliti senior LSI Denny JA, Ade Mulyana saat konferensi pers hasil survei LSI Denny JA di kantornya, Jakarta Timur, Senin (5/6/2023).
Selain gugatan hukum ke MA, kasus hukum yang menimpa petinggi Partai NasDem Johny G Plate yang juga Sekretaris Jendral Partai NasDem, juga bisa jadi persoalan.
Apabila Partai Demokrat atau NasDem tak lagi mencalonkan Anies, tiket capres Anies dipastikan gagal didapat. Karena tak mencapai minimum 20 persen untuk pencalonan presiden.
"Tanpa kehadiran Anies sebagai capres, maka Pilpres 2024 hanya diikuti oleh All The President’s Men. Yakni head to head Prabowo versus Ganjar," jelas dia.
Hasil survei LSI Denny JA menyatakan, hasil dukungan capres tertutup tiga nama yakni Prabowo, Ganjar, Anies, Prabowo unggul tipis dengan 33,9 persen.
Ganjar di angka 31,9 persen dan Anies sebesar 20,8 persen. Prabowo menang dengan selisih 2,0 persen saja di atas Ganjar.
Sedangkan jika head to head Prabowo versus Ganjar, Prabowo jadi pemenang dengan selisih 7,2 persen.
Elektabilitas Prabowo sebesar 50,4 persen, Ganjar 43,2 persen, dan 6,4 persen menyatakan tidak tidak tahu atau tidak Jawab.
Mengapa terjadi peningkatan elektabilitas Prabowo ketika head to head dengan Ganjar? Hal ini terjadi karena migrasi pemilih Anies yang tak berimbang.
Mayoritas pendukung Anies lebih banyak berpindah ke Prabowo dibanding migrasi ke Ganjar.
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbarunya.
Survei terbaru dari SMRC terkait dengan elektabilitas tokoh yang berpotensi menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
Hasilnya, bakal capres PDIP Ganjar Pranowo mengungguli Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Di kalangan pemilih kritis, dukungan pada Anies Baswedan 19,2 persen, Prabowo Subianto 33,5 persen, dan Ganjar Pranowo 37,9 persen,” ujar Direktur riset SMRC Deni Irvani dalam rilis resmi, Senin (5/6/2023).
Deni menuturkan selisih suara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo tidak begitu jauh secara statistik karena kurang dari dua kali margin of error 3,3 persen (selisih di bawah 6,6 persen).
Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD).
Survei terakhir dilakukan pada 30-31 Mei 2023 dengan sampel sebanyak 909 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. [Inilah]