WANHEARTNEWS.COM - Presiden Joko Widodo menyampaikan puja-puji terhadap Pancasila yang dicetuskan Presiden pertama RI Soekarno di depan Ketua Umum PDIP yang juga Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri.
Jokowi berkata Pancasila menjadi fondasi bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan.
Dia menyebut Pancasila jadi kunci Indonesia bertahan di tengah krisis global.
"Semua itu fondasinya adalah Pancasila yang diwariskan Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno. Ideologi yang harus terus kita pegang teguh untuk memperkokoh kemajuan bangsa," kata Jokowi dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Monas, Jakarta, Kamis (1/6).
Jokowi berkata Indonesia bukan hanya relevan untuk bangsa Indonesia. Menurutnya, ideologi ini diterima semua negara.
Dia berkata hal itu dibuktikan dengan diterimanya Indonesia sebagai pemimpin G20 pada 2022 dan ASEAN pada 2023. Dia menyebut Pancasila membuat Indonesia sebagai bangsa besar.
"Sebagai negara besar, Indonesia harus duduk sejajar dengan bangsa lin. Kita siap bekerja sama, siap memimpin, kita ingin kerja sama," ujarnya.
Upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tingkat nasional kali ini digelar di Monas. Upacara ini dihadiri sejumlah tokoh bangsa, seperti Megawati Soekarnoputri.
Hadir pula Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Ketua DPR Puan Maharani, Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Ada pula Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Mensesneg Pratikno, dan Menlu Retno Marsudi.
Konsep Trisila dan Ekasila Di RUU HIP Ada di Visi dan Misi PDIP
Rancangan Undang Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) ditentang keras oleh publik.
Konsep Trisila dan Ekasila yang menjadi sorotan dalam RUU HIP tersebut ternyata ditemukan dalam visi dan misi Partai PDIP.
Dalam RUU HIP, pada Pasal 6 tentang ciri pokok Pancasila, disebutkan bahwa ciri pokok Pancasila berupa Trisila, yakni sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi serta ketuhanan yang berkebudayaan. Trisila yang dimaksud terkristalisasi dalam ekasila, yakni gotong royong.
Konsep Trisila dan Ekasila inilah yang mendapatkan kritik keras karena dianggap merujuk pada Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno dalam pidato pada 1 Juni 1945, bukan Pancasila hasil kesepakatan akhir.
Banyak pihak yang menilai usulan dalam RUU HIP tersebut justru mengerdilkan Pancasila. Tak hanya itu, RUU HIP dianggap tidak memiliki urgensi untuk dibahas.
Kata Trisila dan Ekasila yang menjadi perdebatan publik itu juga ditemukan dalam visi dan misi Partai PDIP.
Merujuk pada laman resmi Partai PDIP pdiperjuangan.id, ada lima visi yang diidamkan oleh PDIP. Visi Trisila dan Ekasila tertuang dalam visi kedua dan ketiga partai berlambang banteng itu.
“Alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ber-Ketuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Tri Sila);
Alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk menghidupkan jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Eka Sila).”
Belakangan, dalam keterangan tertulis pada Minggu (14/6/2020), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sepakat dengan kritik publik untuk menghapus Trisila dan Ekasila dalam RUU HIP. Sikap tersebut diambil karena partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu menyerap aspirasi masyarakat.
“Dengan demikian terhadap muatan yang terdapat dalam Pasal 7 RUU HIP terkait ciri pokok Pancasila sebagai Trisila yang kristalisasinya dalam Ekasila, PDI Perjuangan setuju untuk dihapus,” ungkap Hasto.
Sementara itu, Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah juga menegaskan RUU HIP merupakan usulan parlemen yang diterjemahkan dari pidato politik Ketua MPR Bambang Soesatyo.
“Munculnya gagasan sebuah payung hukum untuk memberikan koridor bagi membumikan Pancasila itulah lahir dari pidato politik resmi Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk memberi penekanan pada pengunaan ideologi Pancasila,” kata Basarah di Indonesia Lawyers Club pada Selasa (16/6/2020). [CNN]