Pidato kenegaraan yang berubah menjadi curhat, ternyata memanen banyak komentar miring. Ini menandakan Jokowi semakin tidak percaya diri. Mungkin dia merasa saatnya sudah tiba untuk turun tahta.
Jokowi mengerti kenapa disebut bodoh, tolol, planga plongo, fir’aun sampai disebut pak Lurah juga paham. Sampai akhirnya dia menegaskan “bahwa dia bukan Lurah tapi Presiden”. Jokowi berupaya meningkatkan kembali pamornya yang telah hilang. Kesan yang diomongkannya seperti biasa suka sebaliknya. Soal capres, cawapres bukan urusannya sebagai presiden, dia bukan ketua parpol atau koalisi, faktanya dia cawe-cawe dan tidak netral. Bahkan ketua parpol yang mencalonkan Anies dimusuhinya, menterinya dicopot. Ya itulah Jokowi antar mulut dan perbuatannya berbeda.
Di luar istana, termasuk di gedung MPR banyak suara yang ingin memakzulkan presiden Jokowi, pasti dia juga tahu. Banyak suara supaya anak dan mantunya yang diduga terlibat korupsi supaya ditahan, pasti dia juga tahu persis. Bahwa ada suara-suara supaya Jokowi juga diadili karena banyak dosanya, pasti dia juga tahu. Bahwa Jokowi akan menjadi “bukan siapa2”, bukan pengurus partai, bukan pemilik partai dan bukan juga penguasa partai2 seperti sekarang ini, dia juga pasti paham
Nah apa hubungannya dengan pencalonan Prabowo dengan masalah Jokowi ? Memang rasanya gak nyambung, tapi kalo ditelaah lebih dalam maka ada pengaruhnya. Semua sangat tergantung pada pribadi Jokowi, apakah setelah lengser Jokowi dan keluarganya akan masuk penjara atau selamat ?
Jika Jokowi terus menempel (titip diri) ke Prabowo, Jokowi akan berhadapan dengan Megawati yang lebih power full. Siapapun presidennya Megawati akan tetap kuat. Akan tetapi jika Jokowi kembali ke partai yang menugaskannya untuk berlindung, maka Prabowo akan ditinggalkan. Bukan tidak mungkin Golkar dan PAN juga disuruh ikut dengannya, apalagi Golkar dukung Prabowo tanpa persetujuan partainya. Tinggalah Prabowo sendirian dengan Gerindranya, artinya pencalonannya gagal, karena tidak cukup 20% sebagai syarat pencapresan. Itulah analisis beberapa pengamat yang sangat mungkin terjadi. Buat Jokowi urusan loyal itu urusan kecil, yang penting tujuannya tercapai.
Bagaimana dengan nasib Prabowo ? Itu bukan urusan Jokowi. Jokowi ini kan sudah sangat dikenal wataknya, sering mancla mencle, licik dan tegaan. Jadi bukan tidak mungkin Prabowo dipakai untuk alat bargaining aja dengan Megawati.
Posisi & karakter Jokowi yang seperti itu sangat menguntungkan koalisi perubahan. Jokowi yang bengis dan kejam telah mulai memanen akibatnya sendiri. Jika 30 September 1965 dini hari ada korban 6 orang jendral terbaik, 07 Desember 2020 dini hari ada korban 6 syuhada. Belum lagi kasus sekitar 800 orang petugas KPPS tahun 2019 yang wafat misterius, diduga akibat racun.
Jika benar analisis di atas, maka partai-partai yang selalu minta arahan Jokowi akan kecewa berat, sangat mungkin pindah haluan. Walaupun antara gerbong dan penumpangnya bisa berbeda sikap dalam memilih capres.
Agak sulit dibayangkan, jika Jokowi memilih merapat ke Megawati di akhir penentuan capres. Akhirnya bisa terjadi pilpres hanya ada 2 pasang AB dan Ganjar saja. Padahal keinginan Jokowi 2 pasang itu adalah Ganjar dan Prabowo. Kemungkinan lain yang agak ekstrim adalah Ganjar diganti dengan capres lain, karena elektabilitasnya kurang mendukung. Kalau demikian Anies akan berhadapan dengan Prabowo. Seperti diketahui secara umum 80% pemilih Anies adalah pemilih Prabowo tadinya. Mereka pindah kelain hati karena merasa dikecewakan. Pemilih Ganjar mungkin akan terbagi 2 juga. Persaingan akan bertambah seru.
Tinggal masalah teknis pilpres akan tetap curang atau mau jurdil ? Yang perlu diwaspadai adalah tka cina yang punya ktp Indonesia. Diduga mereka bisa memilih, karena data KPU melonjak drastis.
Analisis ini bisa berubah sangat cepat sampai masa pendaftaran Capres/cawapres. Masalah cawapres kelihatannya semua capres menunggu Anies duluan, tapi Anies cerdik, tidak tergoda oleh permainan lawan. Pendaftaran akan dilakukan pada 19 Oktober 2023-25 November 2023. Diperkirakan pengumuman cawapres akan dilakukan di akhir waktu yakni sekitar 25 November 2023, semua capres tanpa disadari jadi followernya Anies.
Buat Prabowo, entah strategi apa yang dijalankannya, banyak tokoh yang dulu berhadapan sekarang ditampung di Gerindra. Hal ini bisa positip jika yang bergabung itu punya peran signifikan. Tapi jika cuma disusupkan atau alasan lain bisa repot juga. Langkah ini bisa menjadi negatif jika pendukung setianya merasa ditinggalkan atau merasa tidak diperhatikan.
Bandung, 20 Agustus 2023
Oleh : Memet Hakim
Pengamat Sosial & Wanhat APIB
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.