Pernyataan Rocky Gerung yang menyebut bajingan, tolol dan pengecut tidak ada penghinaan terhadap Presiden Jokowi. Rocky tidak menyebut nama jokowi ketika menyebut ketiga kata tersebut.
“Ketiga kata yaitu bajingan, tolol dan pengecut jauh dari penghinaan bagi siapapun, apalagi Rocky Gerung pada ketiga kata tersebut dengan ucapan sebelumnya ada jeda, dan tidak menyebut nama,” kata Koordinator Kajian Politik Merah Putih, Sutoyo Abadi kepada redaksi www.suaranasional.com, Selasa (1/8/2023).
Meributkan ucapan Rocky Gerung saat memberikan orasi bersama Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB) di Bekasi (29/7), kata Sutoyo merupakan kebodohan yang konyol. Umpan kata dari Rocky Gerung yang cerdik harus menjadi dialog yang normal pada situasi yang beku dan ketakutan masyarakat melakukan kritik kepada penguasa.
“Kecerdikannya adalah pencerahan bagi masyarakat luas, khususnya kaum buruh yang sedang dihimpit kesulitan akibat kebijakan penguasa yang ugal ugalan saat ini. Sekaligus pencerahan dialam demokrasi, yang saat terkesan mendapatkan tekanan, kebekuan, ketakutan yang tidak boleh terjadi,” ungkapnya.
Kata Sutoyo, banyak masyarakat yang tidak paham makna kata “bajingan” dalam sejarahnya adalah profesi yang mulia. Bajingan saat ini lebih dikenal sebagai kata dengan konotasi negatif dan sering jadi kata makian.
Baca juga: Rocky Gerung: Tak Mungkin Nilai Tukar Dolar AS Rp14 Ribu, Ini Kriminalisasi Rupiah
Dikutip dari National Geographic, bajingan adalah profesi yang umum bagi masyarakat Jawa dan sudah ada sejak zaman Mataram Islam atau abad ke-16 Masehi. Bajingan adalah profesi kusir gerobak sapi, salah satu warisan kearifan lokal Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu.
“Profesi ini memegang erat kekerabatan dan kerukunan yang diwadahi oleh paguyuban penarik gerobak sapi atau para bajingan. Bahasa ini sangat dikenal oleh masyarakat Bantul artinya penarik gerobak sapi,” ungkapnya.
Kata Bajingan dalam Komunitas kusir Gerobak Sapi di Bantul Yogyakarta itu juga menyebut soal tarif bajingan. Pada 1975, tarif untuk membawa material sampai ke tujuan dalam sekali angkut berkisar Rp150. dan sampai saat ini komunitas bajingan juga masih eksis
Selain membawa manusia, gerobak sapi yang dikemudikan bajingan juga mengangkut hasil panen yang dihasilkan oleh masyarakat. Bajingan jadi profesi penting karena menjadi bagian mobilitas atau transportasi masyarakat Mataram yang meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta.
Baca juga: Mujahid 212: Polisi yang Bunuh 6 Laskar FPI Harus Segera Diadili
Menurut sejarahnya, sapi adalah hewan yang disukai pada masa Kerajaan Mataram. Sementara gerobak sapi berawal dari Kerajaan Mataram yang telah menganut ajaran islam.
Mereka hanya dapat menunggangi gerobak sapi yang ditarik bajingan untuk mobilitas sehari-hari. Hal itu pun juga terbatas bagi masyarakat pribumi dengan ekonomi menengah ke atas.
Pasca kemerdekaan hingga hari ini, masyarakat Bantul, Yogyakarta, masih melestarikan paguyuban para penarik gerobak sapi.
Rocky Gerung selain menggunakan kata bajingan juga melepas kata “tolol”. Kosakata tolol tentunya tidaklah asing di telinga kita. Kata tersebut termasuk dalam kata yang bisa digunakan untuk sekedar mengumpat, akibat dari keadaan yang konyol. Bisa juga reaksi kejengkelan dan kemarahan akibat ketololanya, membawa dampak penderitaan, kesedihan dan menyengsarakan masyarakat.
“Sedangkan “pengecut” berarti hilangnya keberanian untuk tampil karena menghindari tanggung . Sifat pengecut : menyembunyikan kesalahan, tidak berani minta maaf atas kesalahannya, lari dari masalah, berbuat curang, menjatuhkan teman dari belakang,” pungkasnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Kolase Rocky Gerung-Presiden Jokowi/Net