Rocky Gerung Sebut Jokowi Hanya Punya Jejak Patung Naik Motor di Mandalika, Tak Punya Jejak Pikiran -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rocky Gerung Sebut Jokowi Hanya Punya Jejak Patung Naik Motor di Mandalika, Tak Punya Jejak Pikiran

Rabu, 02 Agustus 2023 | Agustus 02, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-08-02T10:56:53Z

Rocky Gerung dikenal sebagai akademi yang cukup berani bicara.

Ia tak segan bicara lentang bila sudah bicara soal negara dan politik.

Akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung kembali menyampaikan pendapatnya tentang Presiden Jokowi.

Ia menuding Presiden Joko Widodo ( Jokowi) tak meninggalkan jejak apapun bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), kecuali sebuah patung yang ada di Sirkuit Mandalika.

Padahal menurut Rocky Gerung, pemimpin negeri biasanya meninggalkan jejak sebagai penanda bahwa ia pernah berkuasa.

"Dalam sejarah, jejak itu bisa berubah menjadi jebakan kalau dia gagal mempertahankan reputasi dia sebagai pemimpin," ucapnya dalam Dialog Akal Sehat di Kediaman Anggota DPRD Provinsi NTB, Najamuddin Mustofa di Montong Tanggi, Lombok Timur, Senin (31/7/2023).

" Jokowi saat ini telah gagal sebagai pemimpin untuk masyarakat NTB, dan Indonesia luasnya," ucap Rocky Gerung.

Rocky menyebut patung Presiden  Jokowi naik motor di Sirkuit Mandalika sebagai bukti apa yang akan diingat milenial.

"Dua minggu setelah  Jokowi lengser, bayangkan, Pak  Jokowi 2024 selesai, dia jalan-jalan ke Lombok, dia datang ke Mandalika, dia hanya bisa melihat sendiri patung dia sendiri, karena nggak ada jejak pikiran yang ditinggalkannya," katanya.

Sedang di satu sisi, kata Rocky, semua pemimpin Indonesia meninggalkan jejak pikiran, bukan patung.

Bung Karno misalnya, berhasil menghasilkan pikiran marhaenisme, menghasilkan pikiran internazionale, menghasilkan pikiran tentang keadilan sosial.

Kendati pada akhirnya Bung Karno menjadi arogan dan menyatakan diri sebagai pemimpin revolusi dan tidak boleh diganti seumur hidup.

Akan tetapi, sambung dia, Bung Karno pernah berpidato pada 30 Desember 1930 di Bandung, di depan Pengadilan kolonial, mengucapkan secara fasih revolusi proletariat.

"Orang ingat itu karena dibukukan menjadi tesis yang kita tahu sekarang judulnya 'Indonesia Menggugat', ditulis oleh Bung Karno di dalam penjara," paparnya.

Selain itu, lanjutnya, Sutan Sjahrir menulis risalah yang kemudian jadi pikiran tentang sosialisme Indonesia.

Bung Hatta menulis demokrasi untuk menunjukkan bahwa dia punya pengetahuan melampaui pikiran barat tentang demokrasi itu.

Rocky mengungkap, semua pemimpin Indonesia menuliskan pikirannya.

BJ Habibie menulis pikirannya dengan kita ingat dia sebagai Bapak teknologi.

"Gus Dur menulis banyak pikiran tentang demokrasi, maka kita ingat dia sebagai bapak pluralisme."

"Ibu Megawati saya nggak mau sebut karena dia hanya menghafal pikiran Bung Karno yang tidak sempurna," katanya.

Setelah Megawati selesai, diganti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menulis tentang demokrasi.

Sehingga ketika SBY lengser, ucap Rocky, undangan untuk memberi ceramah dari seluruh dunia tiba di meja SBY.

"Saya ingin ada presiden yang meninggalkan jejak konseptual. Pak  Jokowi tidak memiliki itu, jangan nanti ketika presiden  Jokowi selesai dia diundang di seminar, orang bertanya, Pak  Jokowi tolong terangkan bagaimana patung di Mandalika itu yang anda lagi naik sepeda motor, nggak ada satupun orang yang akan peduli," tegasnya.

Rocky Gerung juga menyinggung rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan.

Menurutnya, hal itu bukan sebagai prestasi yang bisa dibanggakan Presiden Jokowi ketika ia tamat menjadi presiden tahun 2024.

Sumber: tribunnews
Foto: Patung Speed Presiden Jokowi di Pintu Masuk Sirkuit Mandalika/Tribunnews
×
Berita Terbaru Update
close