Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah merasa prihatin dengan langkah bakal calon presiden (Bacapres) dari PDIP Ganjar Pranowo yang menjadi model azan magrib.
Dedi berharap, bacapres lain tidak ikut-ikutan supaya publik melihat kualitas etis yang dimiliki Ganjar.
“Kita dalam situasi dilematis, pemahaman etis sangat mengkhawatirkan, munculnya Ganjar di video klip Adzan mudah-mudahan tidak diikuti oleh kandidat lain yang sama-sama punya kuasa media, agar publik tahu perbedaan kualitas etis Ganjar dengan yang lain,” kata Dedi kepada Inilah.com, Rabu (13/9/2023).
Langkah menjadi model klip azan magrib, dinilai Dedi, sebagai sosialisasi politik murahan dan memalukan kualitas kepemimpinan Indonesia.
“Sisi lain itu tidak dapat digugat atas nama hukum Pemilu karena memang tidak ada yang dilanggar. Bahkan komisi penyiaran sekalipun tidak akan dapat bertindak, apalagi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu),” lanjut dia.
Sementara untuk televisi yang menayangkan azan magrib itu, Dedi mendesak supaya tidak lagi menggunakan frekuensi publik untuk kepentingan politik praktis.
Sebagai informasi, bakal capres Ganjar Pranowo yang diusung PDIP, PPP, Partai Hanura, dan Partai Perindo diduga memainkan politik identitas jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dugaan ini menyeruak seiring munculnya sosok Ganjar dalam sebuah tayangan azan di salah satu stasiun televisi milik pimpinan Partai Perindo, Hary Tanoesudibjo.
Sumber: inilah
Foto: Potongan tayangan azan di tv yang menampilkan bacapres PDIP Ganjar Pranowo. (Foto: tangkapan layar).