Pasangan yang dianggap paling cocok dipinang oleh bakal calon presiden (Bacapres) Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto dan Bacapres Koalisi PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo adalah dari kalangan pengusaha.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai komposisi Prabowo dan Ganjar dipasangkan dengan sosok pengusaha punya peluang menyaingi pasangan calon (Paslon) Koalisi Perubahan, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
"Dilihat dari elektabilitas, Prabowo justru lebih pas dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Erick Thohir. Sementara Ganjar pas berpasangan dengan Sandiaga Uno," ujar Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (21/9).
Dia menjelaskan, Erick Thohir yang menjabat Menteri BUMN dan Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif lebih bisa mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Ganjar.
Sementara, lanjut dia, Yusril Ihza Mahendra dan Menko Polhukam Mahfud MD belum tentu bisa mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Ganjar.
"Kapasitas dan integritas Mahfud dan Yusril tentu sangat layak menjadi Cawapres. Kompetensi mereka sudah jauh dari mumpuni untuk menjadi cawapres," jelasnya..
Bahkan, sambung dia, kompetensi Mahfud tentu jauh lebih baik daripada Ganjar. Begitu juga kompetensi Yusril bila dibandingkan dengan Prabowo.
"Namun yang memiliki kompetensi biasa-biasa sayangnya justru dianggap paling layak menjadi Cawapres asalkan elektabilitasnya tinggi. Sebab, sosok seperti itu yang lebih berpeluang menang," ungkap dia.
Oleh karena itu, mantan dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fikom IISIP) Jakarta itu meyakini, sistem demokrasi Indonesia yang akan berjalan pada Pilpres 2024 masih belum melirik orang kompeten sebagai pemimpin.
"Memang pemilihan presiden secara langsung meninggalkan lubang kelemahan. Orang yang kompeten dan berintegritas justru kerap dikalahkan oleh sosok yang biasa saja. Hal itu sudah terbukti pada Pilpres 2014 dan 2019," demikian Jamiluddin menambahkan.
Sumber: rmol
Foto: Bacapres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo/Ist