Ramalan Ronggowarsito Dikaitkan Pemilu 2024, Karya Jaman Edan Karya Pujangga Jawa Abad-19, Terbukti? -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ramalan Ronggowarsito Dikaitkan Pemilu 2024, Karya Jaman Edan Karya Pujangga Jawa Abad-19, Terbukti?

Rabu, 27 September 2023 | September 27, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-09-27T01:27:11Z

Pujangga besar Jawa di abad ke-19, Ronggowarsito kini karyanya dikaitkan dengan Pemilu 2024.

Banyak yang meyakini jika Ronggowarsito memberikan ramalan yang berkaitan dengan Pemilu 2024.

Hal itu berdasarkan dari bait syair yang diungkap oleh Ronggowarsito.

Pujangga besar Jawa itu memang dikenal sebagai penulis jangka.

Penulis jangka merupakan sebutan untuk karya suatu pernyataan yang belum terjadi dan kemudian dikemukakan secara terang-terangan atau simbol.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah Serat Kalatidha, yang berisi tentang gambaran zaman yang penuh dengan kerusakan moral, kekacauan, dan kesengsaraan.

Banyak orang yang menganggap Serat Kalatidha sebagai ramalan Ronggowarsito tentang kondisi Indonesia di masa depan, khususnya pada tahun 2024, saat Indonesia akan mengadakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

Namun, apakah benar Serat Kalatidha adalah ramalan yang akan terbukti di pemilu 2024?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat konteks sejarah, makna, dan tujuan dari karya Ronggowarsito tersebut.

Konteks Sejarah

Ronggowarsito lahir pada tahun 1802 di Surakarta.

Ia adalah cucu dari Yasadipura II, pujangga utama Keraton Surakarta.

Ia belajar sastra Jawa dari ayahnya, Mas Pajangswara, dan juga dari para guru lainnya.

Kemudian mulai menulis puisi sejak usia muda, dan mendapat penghargaan dari raja Pakubuwana VII.

Ia kemudian diangkat menjadi pujangga utama Keraton Surakarta pada tahun 1851 oleh Pakubuwana IX.

Pada masa itu, Indonesia sedang mengalami masa penjajahan Belanda yang semakin keras. Banyak perlawanan rakyat yang terjadi, seperti Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Jawa (1825-1830), dan Perang Banjar (1859-1863).

Selain itu, Keraton Surakarta juga mengalami krisis internal akibat perselisihan antara raja dan para bangsawan.

Ronggowarsito sendiri pernah ditahan oleh Belanda karena diduga terlibat dalam pemberontakan Pangeran Diponegoro.

Dalam situasi yang suram ini, Ronggowarsito mencurahkan isi hatinya dalam bentuk puisi-puisi yang menggambarkan keadaan zaman yang buruk.

Salah satunya adalah Serat Kalatidha, yang ditulis pada tahun 1869. Serat ini terdiri dari 12 bait yang masing-masing berisi empat baris.

Serat ini menggunakan bahasa Jawa kuno yang sulit dipahami oleh orang awam.

Makna dan Tujuan

Serat Kalatidha berasal dari kata kala (waktu) dan tidha (tidak tahu).

Artinya, zaman yang tidak tahu arah dan tujuan.

Dalam bait pertama, Ronggowarsito menulis:

Mangkya darajating praja kawuryan wus sunyaturi

rurah pangrehing ukara karana tanpa palupi

atilar silastuti sujana sarjana kelu kalulun

kala tida tidhem tandhaning dumadi ardayengrat

dene karoban rubeda

Terjemahan bebasnya adalah:

Sekarang keadaan negara sudah semakin merosot

situasi (keadaan tata negara) telah rusak, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi

sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama

orang cerdik cendekiawan terbawa arus zaman yang penuh keragu-raguan

suasananya mencekam

karena dunia penuh dengan kerepotan

Dari bait ini, kita bisa melihat bahwa Ronggowarsito mengkritik kondisi politik, sosial, budaya, dan moral yang ada di sekitarnya.

Ia menyoroti adanya ketidakstabilan, ketidakadilan, ketidakharmonisan, dan ketidakpedulian dalam masyarakat.

Kemudian juga mengecam para pemimpin dan cendekiawan yang tidak mampu memberikan solusi dan arahan yang baik bagi rakyat.

Dalam bait-bait selanjutnya, Ronggowarsito juga memberikan saran dan nasihat agar orang-orang bisa keluar dari keadaan yang buruk tersebut.

Ia mengajak orang-orang untuk kembali kepada ajaran-ajaran lama yang berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan.

Juga mengingatkan orang-orang untuk selalu ingat dan waspada terhadap akibat dari perbuatan mereka. Ia berharap agar orang-orang bisa hidup damai, sejahtera, dan bahagia.

Dari makna dan tujuan Serat Kalatidha ini, kita bisa menyimpulkan bahwa karya Ronggowarsito bukanlah ramalan yang bersifat deterministik, yaitu menetapkan apa yang pasti akan terjadi di masa depan.

Melainkan, karya Ronggowarsito adalah refleksi yang bersifat kritis, yaitu menilai apa yang sedang terjadi di masa kini.

Ia menggunakan bahasa simbolik untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan spiritual kepada pembacanya.

Beliau ingin agar pembacanya sadar akan kondisi zaman yang buruk, dan berusaha untuk memperbaikinya.

Kesimpulan

Dari uraian di atas, kita bisa menjawab pertanyaan apakah ramalan Ronggowarsito tentang jaman edan akan terbukti di pemilu 2024.

Jawabannya adalah tidak.

Serat Kalatidha bukanlah ramalan yang menunjukkan apa yang akan terjadi di pemilu 2024.

Serat Kalatidha adalah kritik sosial yang menunjukkan apa yang sedang terjadi di zaman Ronggowarsito.

Namun, bukan berarti Serat Kalatidha tidak relevan dengan pemilu 2024.

Serat Kalatidha tetap relevan sebagai bahan renungan dan introspeksi bagi kita semua.

Kita bisa belajar dari Serat Kalatidha tentang bagaimana kita harus bersikap dan bertindak dalam menghadapi situasi zaman yang penuh dengan tantangan dan masalah.

Kita bisa mengambil hikmah dari Serat Kalatidha tentang pentingnya menjaga nilai-nilai moral dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat.

Pemilu 2024 adalah kesempatan bagi kita untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan kita.

Pemilu 2024 adalah momentum bagi kita untuk menentukan arah dan tujuan bangsa kita di masa depan. Pemilu 2024 adalah tanggung jawab kita sebagai warga negara yang cinta tanah air.

Oleh karena itu, mari kita gunakan hak pilih kita dengan bijak dan cerdas.

Mari kita pilih pemimpin dan wakil rakyat yang memiliki integritas, kompetensi, visi, misi, dan program yang jelas dan nyata.

Mari kita hindari pemimpin dan wakil rakyat yang hanya mengandalkan popularitas, sensasionalisme, provokasi, dan manipulasi.

Mari kita jadikan pemilu 2024 sebagai bukti bahwa kita bukanlah generasi jaman edan, melainkan generasi jaman emas.

Mari kita tunjukkan bahwa kita mampu mewujudkan Indonesia maju, adil, makmur, dan sejahtera.

Sumber: tribunnews
Foto: Ilustrasi Pemilu 2024 - Republik Survey Indonesia: Figur Cawapres Bakal Jadi Penentu (istimewa)
×
Berita Terbaru Update
close