Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Puan Maharani, memberi sinyal Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto berpeluang berpasangan dalam pemilihan presiden 2024. Apalagi elite PDIP dan Partai Gerindra kerap berkomunikasi secara informal.
“Kami lihat lagi bagaimana dinamika selama satu bulan ini, apakah kemudian bisa terjadi atau tidak. Kan, semua partai punya kalkulasinya,” kata Puan di Kompleks DPR, Kamis, 21 September 2023.
Sinyal yang diungkapkan Puan itu merupakan serangkaian lobi yang dilakukan kedua pihak.
Seorang politikus Partai Gerindra mengatakan kedua pihak sudah berkali-kali berkomunikasi lewat perantara tim pelobi mengenai rencana menduetkan Ganjar dan Prabowo.
Dua orang dari tim pelobi berada di luar struktur kepengurusan PDIP dan Gerindra serta cukup dekat dengan Presiden Joko Widodo.
Namun lobi mereka hingga kini berjalan buntu. Kedua pihak sama-sama berkukuh agar jagoannya menjadi calon presiden.
“Sejauh ini tidak ada yang mau jadi calon wakil presiden,” kata politikus Gerindra ini.
Prabowo Subianto merupakan calon presiden yang diusung Koalisi Indonesia Maju—gabungan Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Gelora.
Sedangkan Ganjar Pranowo adalah calon presiden yang disokong poros koalisi PDI Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Perindo, dan Partai Hanura.
Kedua poros koalisi ini sama-sama belum menentukan calon wakil presiden, meski sudah muncul sejumlah nama.
Berbeda dengan rival mereka, Koalisi Perubahan—gabungan Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera, serta Partai Kebangkitan Bangsa—yang sudah mendeklarasikan nama calon presiden dan wakil presiden, yaitu Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, disebut-sebut sebagai salah satu anggota tim pelobi kedua poros koalisi tersebut. Tapi Hashim belum menjawab permintaan konfirmasi Tempo hingga berita ini diterbitkan.
Juru bicara Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan Koalisi Indonesia Maju belum pernah membahas agenda menduetkan Prabowo dan Ganjar. Saat ini Koalisi Indonesia Maju justru berfokus membahas pembentukan tim pemenangan serta menyusun strategi pemenangan dan program. Mereka juga tengah mendiskusikan kandidat calon wakil presiden.
“Tidak pernah terpikirkan oleh kami untuk membahas wacana menurunkan Pak Prabowo menjadi cawapres,” kata Andre, Jumat (22/9/2023) kemarin.
Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Dwiyanto Soeparno, mengakui adanya wacana untuk menduetkan Ganjar dan Prabowo. Tapi Eddy memastikan bahwa Koalisi Indonesia Maju sudah bersepakat mengusung Prabowo sebagai calon presiden.
Dengan demikian, opsi untuk menduetkan Ganjar dan Prabowo hanya mungkin terealisasi ketika memposisikan Ketua Umum Gerindra itu sebagai calon presiden.
“Pembahasan calon presiden sudah final. Posisi cawapres masih terbuka untuk didiskusikan,” kata Eddy.
Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira, tidak membantah adanya lobi-lobi tersebut. Ia mengatakan agenda menduetkan Ganjar dan Prabowo tetap terbuka dengan syarat masing-masing pemimpin partai politik dapat duduk bersama dan bermusyawarah. “Ide atau wacana itu bisa saja terjadi,” kata Andreas.
Skenario menduetkan Ganjar dan Prabowo tersebut sesungguhnya sudah menggelinding sejak tahun lalu.
Sejumlah kelompok pendukung Jokowi mengusung agenda itu, antara lain Pro Joko Widodo (Projo). Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, pernah mengatakan pihaknya terus mengusahakan agar Ganjar dan Prabowo dapat menjadi pasangan calon dalam pemilihan presiden ini.
“Idealnya, Pak Prabowo dan Pak Ganjar jadi satu pasang,” kata Budi Arie saat konferensi pers di kantor DPP Projo, Jakarta Selatan, 25 Mei 2023.
Projo terus mengembuskan agenda ini hingga ke pengurus provinsi. Pertengahan Agustus lalu, hasil konferensi daerah DPD Projo Bali mengusulkan Prabowo dan Ganjar menjadi pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Sinyal untuk menduetkan Ganjar dan Prabowo juga pernah diperlihatkan Presiden Jokowi. Saat itu Jokowi mengajak Ganjar—masih menjabat Gubernur Jawa Tengah—dan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan untuk menghadiri panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, pada 9 Maret lalu. Di sana disebut-sebut ada pembicaraan untuk menduetkan kedua tokoh tersebut dalam pemilihan presiden.
Empat hari setelah kegiatan itu, Jokowi menyatakan bahwa Ganjar dan Prabowo sama-sama berpeluang menjadi calon presiden. “Ideal semuanya,” kata Jokowi saat berada di Bali.
Prabowo yang dimintai konfirmasi awak media mengaku dirinya tak menolak jika berpasangan dengan Ganjar asalkan pemilu berjalan damai. “Siapa pun yang diberi mandat oleh rakyat, kita harus hormati,” kata Prabowo, Kamis (21/9) kemarin.
Ganjar juga membuka kemungkinan berpasangan dengan Prabowo. “Kalau politik itu, sebelum nanti ditetapkan di KPU, semua peluang bisa terjadi,” kata politikus PDIP ini setelah menghadiri rapat Tim Pemenangan Nasional poros koalisinya di gedung High End, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (20/9) lalu.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, berpendapat bahwa opsi menduetkan Ganjar dan Prabowo sudah lama menggelinding. Bahkan Presiden Jokowi ikut memberikan sinyal agar kedua figur tersebut berpasangan.
“Tapi sepertinya menduetkan keduanya sekarang sudah sulit karena masing-masing ingin menjadi yang nomor satu (capres),” kata Ujang.
Menurut Ujang, kedua figur itu akan berpasangan ketika ada kejadian yang mendesak. Misalnya, Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi Pasal 169 huruf q Undang-Undang Pemilu, yang mengatur usia calon presiden dan wakil presiden minimal 40 tahun.
Para pemohon menghendaki usia calon diturunkan menjadi 35 tahun, persis sama dengan umur putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Nama Wali Kota Solo itu menjadi salah satu kandidat calon wakil presiden di Koalisi Indonesia Maju. Koalisi ini tengah menunggu hasil uji materi Pasal 169 huruf q untuk memutuskan Gibran sebagai cawapres.
Ujang mengatakan, jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan uji materi Pasal 169 huruf q ini, Gibran berpeluang besar menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo. Kondisi ini akan memaksa PDIP untuk menduetkan Prabowo dan Ganjar.
“Karena kalau Prabowo sampai berpasangan dengan Gibran, PDIP bakal berat untuk melawan Presiden (Jokowi) yang mendukung Prabowo,” ujar Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, mengatakan duet Ganjar-Prabowo sulit terwujud kecuali terdapat tekanan dan paksaan untuk mengawinkan kedua figur tersebut.
Ia mengatakan partai pendukung kedua figur pasti sama-sama berkukuh menjadikan jagoannya sebagai calon presiden. Pertimbangan lain, kata dia, Prabowo tidak mempunyai alasan untuk menjadi calon wakil presiden.
“Karena elektabilitas partainya bergantung kepadanya,” kata Dedi.
Ia melanjutkan, PDIP juga tidak memiliki alasan kuat untuk berkoalisi dengan Prabowo. Sebab, partai ini sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden dan berpeluang memenangi pemilu.
Sumber: Koran Tempo, Sabtu, 23 September 2023