Pernyataan Pakar ekonomi sekaligus tokoh perubahan Indonesia Dr. Rizal Ramli
yang menyebut banyaknya proyek strategis yang gagal dalam pemerintahan
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) ditanggapi Susi
Pudjiastuti.
Sejumlah proyek yang disinggung Rizal Ramli di antaranya, pengembangan
Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan, Kalimantan Timur
(Kaltim).
Selanjutnya, kerjasama dengan Tesla untuk membangun pabrik di Indonesia.
Begitu juga dengan kerjasama dengan Saudi Aramco dalam proyek Refinery
Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.
Kemudian soal Proyek Rempang Eco City yang kini mendapatkan penolakan oleh
warga setempat.
Alasannya karena masyarakat Melayu yang ada di Pulau Rempang menolak
direlokasi dari tanah kelahirannya.
Sejumlah kegagalan yang terjadi di era Kepemimpinan Jokowi itu dinilai Rizal
Ramli karena para pejabat tinggi sangat mudah dibohongi oleh investor.
"Kok pejabat2 tinggi Indonesia mudah dikibuli calon2 investor? Ini diumumkan
Presiden, Menko & Mentri, Contoh: UAE akan investasi kilang milyaran $
di Kaltim, Soft bank invest $100 milyar, Tesla pabrik battery, Aramco di
Cilacap," ungkap Rizal Ramli lewat status twitternya @RamliRizal pada Rabu
(20/9/2023).
"Semuanya zong! Rempang, nilai investasi abal2," tegasnya.
Pernyataan Rizal Ramli disanggah, Susi Pudjiastuti.
Dirinya menilai investor yang datang ke Indonesia tidak membohongi
pemerintah.
Alasan gagalnya proyek strategis dinilainya karena rumitnya regulasi di
Indonesia.
Sehingga para investor memilih mundur dan enggan berinvestasi di Indonesia.
"Saya rasa mrk/investor tidak ngibul sih Bang. Tapi sy pikir proses
terjadinya sangat di negeri kita. Banyak vested interest dan regulasi yg
rumit2 yg akhirnya mereka pilih mundur," ungkap Susi Pudjiastuti.
"Investasi/ usaha pelaku dalam negeri yg sudah lama saja susah hidup karena
segala sesuatunya begitu sulit," tambahnya.
Saya rasa mrk/investor tidak ngibul sih Bang. Tapi sy pikir proses terjadinya sangat di negeri kita. Banyak vested interest dan regulasi yg rumit2 yg akhirnya mereka pilih mundur. Investasi/ usaha pelaku dalam negeri yg sudah lama saja susah hidup karena segala sesuatunya begitu…
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) September 20, 2023
Pernyataan Rizal Ramli dan Susi Pudjiastuti ditanggapi ramai masyarakat.
Pro dan kontra pun mengisi kolom komentar dalam postingannya tersebut.
Sebagian sepakat dengan Rizal Ramli, sebagian lainnya menilai gagalnya
investasi karena buruknya kepastian hukum dan perkembangan politik dalam
negeri.
@susipudjiastuti: Saya rasa mrk/investor tidak ngibul sih Bang. Tapi sy
pikir proses terjadinya sangat di negeri kita. Banyak vested interest dan
regulasi yg rumit2 yg akhirnya mereka pilih mundur. Investasi/ usaha pelaku
dalam negeri yg sudah lama saja susah hidup karena segala sesuatunya begitu…
@AryaWidipa: Kok statemen Bu Susi lebih masuk akal..
@Imertomo: krn rizal ramli pernah di pemerintahan. maka kelakuannya sebelas
dua belas sama pemerintah
@AriskaPutraS: Mungkin saja bukan calon investor yg ngibulin Pak, tapi
MEREKA YG NGIBUL mengada2 supaya dibilang negosiator hebat.
Pak RR kayak ngga tau siapa mereka aja…
@DidikHe33367706: Tesla...dikejar kejar Sampai datang ke Amerika.....Eehhhh
Malah ke Negeri Seberang Tesla Investasinya.....
@Boediantar4: Anehnya sampai ngusir penduduk asli. Tentara mau piting segala
@RatunyaTagar: Saya juga heran pak, itu kok bisa pejabat kek gitu. Kita
pedagang kecil aja nih, sangat memperhatikan hasil bakal untung atau rugi.
Apalagi dalam bentuk Investasi, harusnya lebih teliti lagi sebab skalanya
sangat gede.
@RajaAlangalang1: Mungkin di awal pembicaraan investasi tak sebesar itu pak.
Hanya di kemudian hari invest.. akan bertambah sebesar nilai yg di sebutkan
itu,seiring perkembangan dri perusahasn investor tsb. Hanya pejabat kita aja
yg dh kepede an walau hanya baru mnyebut angka.
Fakta Pernyataan Rizal Ramli Soal Gagalnya Proyek Strategis di Era
Pemerintahan Jokowi:
1. Gagal Dibiayai UAE, Dapat Dana dari Amerika Serikat
Pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan,
Kalimantan Timur (Kaltim) senyatanya telah dimulai sejak Mei 2019.
Estimasi investasi yang diperlukan untuk proyek tersebut sekitar 5,5 miliar
dolar As
Pembangunan RDMP RU V Balikpapan merupakan kilang RDMP pertama yang telah
dijalankan Pertamina dari keseluruhan rencana pengembangan kilang, yakni
empat RDMP dan dua kilang baru (Grass Root Refinery).
Pada bulan November 2019, Pertamina telah mengeluarkan Preliminary
Information Memorandum kepada investor terseleksi yang telah menyatakan
minat dan komitmennya terhadap proyek RDMP RU V Balikpapan.
Antara lain GIC Pte Ltd asal Singapura dan Mubadala asal Uni Emirat Arab
(UEA).
Namun dalam perkembangannya, Mubala diduga menyatakan mundur.
Sebab tidak ada kelanjutan perjanjian dalam kurun waktu tiga tahun
belakangan.
Gagal mendapatkan pendanaan dari UAE, PT Pertamina (Persero) melaksanakan
kegiatan Project Financing Closing Ceremony Refinery Development Master Plan
(RDMP) Kilang Balikpapan di Ballroom Grha Pertamina, Jumat (23/6/2023).
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari langkah percepatan penyelesaian RDMP
Kilang Balikpapan yang merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN).
Kegiatan tersebut menjadi batu pijakan penting dalam perkembangan proyek
tersebut.
Pasalnya, Pertamina berhasil memperoleh dukungan pendanaan dengan nilai
lebih kurang 3,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
Pendanaan dipercayakan oleh para lender, yakni export credit agency, seperti
KEXIM, K-SURE, SACE, dan US EXIM, serta 22 institusi perbankan.
Pendanaan diberikan kepada Subholding Refining and Petrochemical Pertamina
melalui PT Kilang Pertamina Balikpapan sebagai anak usaha PT Kilang
Pertamina Internasional (KPI).
Pada acara Closing Ceremony Project Financing RDMP Kilang Balikpapan, Wakil
Menteri BUMN I Pahala N Mansury mengatakan bahwa dengan dukungan pendanaan
ini Pertamina dapat menyelesaikan RDMP Kilang Balikpapan.
Terselesaikannya proyek RDMP tersebut akan memberi dampak positif pada
ketahanan energi nasional.
"Keberhasilan pembiayaan proyek RDMP Kilang Balikpapan ini tentunya
merupakan suatu prestasi untuk Pertamina. Selamat untuk PT KPI dan seluruh
tim. Ini merupakan project financing terbesar di Indonesia sampai dengan
saat ini," ungkap Pahala dikutip dari Kompas.com pada Sabtu (24/6/2023).
2. Tesla Gagal Investasi di Indonesia, Luhut Mengaku Tidak Khawatir
Dikutip dari Kompas.com, Tesla Inc sebelumnya dikabarkan akan berinvestasi
ke Indonesia.
Tapi, diketahui belakangan ini ternyata langkah tersebut ditunda oleh Tesla.
Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko
Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku tidak khawatir.
Pada Maret 2023, Luhut mengatakan bahwa negosiasi dengan CEO Tesla Elon Musk
sudah mengalami kemajuan.
Negosiasi tersebut juga mengisyaratkan adanya titik terang soal investasi
Tesla ke Indonesia.
Namun, diketahui bahwa investasi Tesla beralih ke negara tetangga, yakni
Thailand.
Kemudian, Tesla juga mendirikan kantor di Malaysia dan nampaknya juga akan
berlanjut ke investasi.
"Maksud saya, jika Anda tidak bisa berinvestasi di Indonesia untuk saat ini,
tidak masalah dan Elon juga sangat berterima kasih kepada kami," kata Luhut,
dikutip dari CEO Forum of ASEAN Bloomberg, di Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Luhut menambahkan, Elon memberikan pesan yang sangat jelas terkait kondisi
perekonomian secara global.
Selain itu, Tesla juga memiliki kekhawatiran dengan berlebihnya kapasitas di
industri kendaraan listrik.
Sehingga, mereka tidak akan melakukan pengeluaran dalam jumlah besar untuk
satu tahun atau dua tahun ke depan.
"Bahkan, mereka menunda investasinya di Meksiko. Sebab, jika saya tidak
salah, produksi mereka 3 juta unit. Tapi, pasar hanya bisa menyerap sekitar
satu koma sekian juta saja.
Luhut mengatakan, Tesla tetap melihat Indonesia sebagai prioritas untuk
berinvestasi.
Musk akan mengunjungi Indonesia pada Oktober 2023 untuk melakukan
pembicaraan antara pemerintah dan layanan internet satelitnya, yakni
Starlink.
Dengan layanan tersebut, menurut Luhut, dapat membantu menghubungkan
daerah-daerah pedesaan di Indonesia, terutama di bagian timur, untuk akses
yang lebih baik ke layanan pendidikan dan kesehatan.
3. Gagal Kerja Sama dengan Aramco, Ini Alasan Pertamina
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan alasan
pihaknya tak melanjutkan kerja sama dengan Saudi Aramco dalam proyek
Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap, Jawa Tengah.
Menurut dia, kerja sama tersebut batal akibat tak tercapainya titik temu
mengenai valuasi kilang tersebut.
“Jadi permasalahannya dari perbedaan valuasi. Bagaimana valuasi menilai dari
eksisting kilang Cilacap ini ada perbedaan harga 1,1 miliar dollar AS. Itu
kalau dibandingkan dengan nilai buku, itu kan aset BUMN,” ujar Nicke dikutip
dari Kompas.com saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin
(29/6/2020).
Nicke menjelaskan, pihaknya tak mungkin melanjutkan kerja sama tersebut
karena angka yang ditawarkan Saudi Aramco jauh di bawah valuasi yang
ditetapkan perseroannya.
“Jadi itu tidak mungkin kita bisa lepas karena di bawah nilai buku yang
angkanya sebesar itu tentu akan bahaya. Oleh karena itu kita sepakat untuk
tidak sepakat. Jadi kita putus pisah baik-baik di akhir April,” kata Nicke.
Saat ini, lanjut Nicke, ada beberapa investor yang tertarik menanamkan
modalnya di proyek tersebut.
Sayangnya, dia enggan merinci dari mana asal investor tersebut.
“Ini sudah mulai ada dua investor yang serius. Ada beberapa lagi yang sedang
approach, ya kita akan lakukan proses pemilihan lagi,” ucap dia.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap sudah digagas sejak
2015 dengan ditandatanganinya Heads of Agreement (HOA) antara Pertamina
dengan Saudi Aramco pada November 2015.
Proyek ini diperkiraan akan menelan investasi mencapai 5,5 miliar dollar AS.
Rencananya kapasitas proyek RDMP Cilacap ini akan bertambah menjadi 400.000
barrel per hari dengan hasil produk yang memenuhi spesifikasi Euro V,
petrokimia dasar (basic petrochemical), dan Group II Base Oil untuk pelumas.
4. Jika Proyek Rempang Eco City Gagal, Indonesia Rugi Segini
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil
Lahadalia ngotot melanjutkan proyek Rempang.
Menurutnya proyek tersebut bernilai fantastis dan justru akan merugikan
negara dan warga apabila gagal.
Bahlil pun menyebut investasi tersebut diperlukan untuk menggerakkan roda
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Dilansir dari Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Bahlil, pada Senin
(18/9/2023).
"Investasi itu bukan seperti menanam buah dari sebuah pohon. Kita ini
berkompetisi. FDI (Foreign Direct Investment/Penanaman Modal Asing) global
terbesar itu sekarang ada di negara tetangga, bukan di negara kita," ucap
Bahlil.
"Ini kita ingin merebut investasi untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Kalau kita tunggunya terlalu lama, emang dia mau tunggu kita. Kita butuh
mereka tapi juga kita harus hargai yang di dalam," imbuhnya.
Menurut Bahlil, jika proyek di Rempang ini gagal maka Indonesia dan warga
justru mengalami kerugian besar.
Baik dari segi pendapatan pemerintah maupun perekonomian masyarakat jika
potensi investasi tersebut tidak berhasil direalisasikan.
Bahlil mengatakan bahwa investasi di Rempang tersebut totalnya mencapai Rp
300 triliun lebih.
Sementara di tahap pertama nilainya sudah mencapai Rp 175 triliun.
"Ini investasinya total Rp 300 triliun lebih, tahap pertama itu Rp 175
triliun. Kalau ini lepas, itu berarti potensi pendapatan asli daerah (PAD)
dan penciptaan lapangan pekerjaan untuk saudara-saudara kita di sini itu
akan hilang," tegasnya.
Dikatakan Bahlil, seluas 17 ribu hektare pulau Rempang akan direvitalisasi
menjadi sebuah kawasan.
Di antaranya 1mencakup sektor industri, perdagangan, hunian, dan pariwisata
yang terintegrasi.
Pasalnya inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di
kawasan Asia Tenggara.
Untuk tahap awal, Bahlil bilang kawasan ini sudah diminati oleh perusahaan
kaca terbesar di dunia asal Tiongkok.
Di mana perusahaan tersebut berencana akan berinvestasi senilai 11,5 miliar
dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 174 triliun sampai dengan 2080.
Foto: Susi Pudjiastuti/Net