Demi mendapatkan uang haram, para surveyor telah melacurkan diri membuat kebohongan publik dan menipu rakyat. Mereka adalah orang-orang yang tidak jujur, hipokrit dan menjual harga diri demi sejumlah uang. Hasil survey mereka telah menyesatkan rakyat dan menyimpang dari jalan yang benar dan kaidah-kaidah yang berlaku.
Sebagai contoh, baru-baru ini LSI Denny JA telah merilis hasil surveinya yang memenangkan Prabowo-Ganjar dengan perolehan suara 60% dan Anies-Cak Imin cuma 20.6%. Yang lebih lucu lagi, kaum Nahdhiyyin yang memilih Prabowo 36,2%, memilih Ganjar 35,5% dan yang memilih Anies cuma 17,9%.
Lembaga-lembaga survei yang hasil rilisnya kontradiktif dengan fakta dan realita, adalah lembaga survei pembohong, seperti : SRMC, LSI, Indikator, Indo Barometer, Charta Politica, Kompas, Dll.
Mereka adalah lembaga survei “abal-abal”, karena di dalam melakukan riset tanpa menggunakan metodologi ilmiah yang baku, proposional dan professional. Bahkan Prof Anthony Budiawan menyebut mereka adalah lembaga-lembaga survei pelacur. Mereka sengaja untuk menggiring opini agar kebohongan KPU dikuatkan oleh lembaga-lembaga survei.
Dulu ketika Pilpres 2019 hasil lembaga-lembaga survei ini dijadikan acuan oleh rezim Jokowi, KPU, dan media-media mainstream. Sehingga semuanya serentak mempercayai hasil survei mereka.
Tapi kini, ketika rakyat sudah mulai sadar dan melek politik, median mainstream juga tidak semuanya pro Jokowi, ditambah banyaknya lembaga survei kredibel dan independen, hasil survei yang direkayasa sudah tidak dipercaya bahkan jadi bahan olok-olok rakyat.
Tapi memang mereka mengakui kalau hasil yang mereka rilis sesuai dengan pesanan yang bayar. Jadi paham kan mengapa mereka berbuat demikian? Bukan untuk melaporkan yang sebenarnya terjadi di masyarakat, tapi akan memenangkan capres yang berani bayar mahal.
Sebelumnya juga lembaga survey SRMC merilis hasil survei, kalau Ganjar menempati posisi teratas dengan 32.1 % disusul Prabowo 27.5 % dan Anies ditempatkan di urutan dengan perolehan cuma 26 %
Ada beberapa indikator kenapa mereka disebut lembaga survey pelacur :
Pertama, Hasil survey tidak sesuai fakta di lapangan. Seolah-olah kontradiktif dengan kenyataan di masyarakat.
Kedua, Hasil survey lembaga tersebut berbeda jauh dari hasil survey lembaga lain yang lebih independen, seperti ILC, google trend, hasil poling Iwan Fals, lembaga survey masyarakat, termasuk hasil survey CSIS (lawan Anies) juga mengunggulkan Anies.
Ketiga, Hasil angka-angkanya cenderung sama di berbagai lembaga dan tidak variatif, nampak jelas hasil setingan. Untungnya ada beberapa lembaga survey yang lebih obyektif, seperti : ILC, Google Trand, CNBC, dll.
Keempat, Lembaga-lembaga survey tersebut, pada tahun 2019 adalah lembaga survey bayaran rezim yang ditopang oligarki taipan yang penuh dusta.
Kelima, Lembaga-lembaga survey mereka sengaja didesain untuk menjatuhkan Anies karena Anies adalah ancaman bagi oligarki taipan dan China komunis.
Di tahun 2019 susah mendeteksi lembaga survey pelacur, karena kepercayaan masyarakat kepada rezim masih tinggi (walaupun jokowi itu kalah dari Prabowo).
Walaupun Ganjar di setiap kunjungannya selalu sepi pengunjung, berkali-kali blunder dengan ucapannya (memuji TKA China dan merendahkan SDM dalam negeri, merendahkan profesi MC dan jurnalis, pemakai gas melon orang miskin, menghina suara adzan,dll). Belum lagi Ganjar diterpa soal hobinya nonton video bokep, masalah e-KTP yang belum tuntas, kasus Wadas, banjir rob di Semarang, dan kasus yang lain.
Maka sangat aneh jika di lembaga-lembaga survey yang didanai donatur Ganjar tapi mereka masih menempati posisi teratas jauh di atas Anies ?
Sekarang, ketika kepercayaan rakyat kepada rezim Jokowi sangat rendah bahkan sudah sampai titik nadir, maka jika ada lembaga survey yang masih memenangkan para pendukung Jokowi, bisa dipastikan lembaga survey itu berdusta dan itu lembaga survei bayaran yang tidak boleh dipercaya. Motifnya tiada lain semata-mata karena cuan
Waspadalah pengiringan opini dan pemutarbalikan fakta oleh lembaga survey “pelacur”, yang tujuannya untuk men- down grade Anies Baswedan supaya gagal di Pilpres 2024. Tapi insya Allah itu tidak terjadi, sebagaimana yang terjadi di Turki yang telah memutarbalikkan fakta.
Waspadalah!
Bsndung, 10 R. Awwal 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.