PKB itu partainya "wong NU". Mungkin 99,9% pemilih PKB adalah warga NU. Karena PKB lahir dari rahim NU. Gus Dur lah pendiri PKB katika cucu pendiri NU ini menjadi ketua umum PBNU.
Diakui, bahwa PKB yang selama ini memperjuangkan kepentingan warga NU di parlemen. Tidak hanya berjuang, tapi PKB yang paling intens "ngopeni" pesantren dan ulama NU. Selain PBNU, tentu saja.
Karena PKB punya akses kekuasaan dan logistik, maka kontribusi PKB ke ulama, santri dan pesantren menjadi konkret. Ini wajar dan normal, karena konstituen PKB adalah warga NU. PKB tidak bisa dipisahkan dari warga NU.
Pemilu 2024, PKB memutuskan untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). PKB bersama Nasdem dan PKS mengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, maju sebagai capres-cawapres.
Sesuai rekomendasi para ulama NU, Muhaimin harus jadi cawapres. Buat apa ikut mengusung kalau Cak Imin tidak dijadikan cawapres.
Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dideklarasikan pada Sabtu, 2 September 2023 di Hotel Yamato Surabaya. Lokasi ini rupanya sengaja dipilih, karena dianggap sebagai tempat bersejarah.
Ada dua peristiwa besar di tempat ini. Pertama, peristiwa perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato, 19 September 1945. Kedua, Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.
Dua peristiwa ini barangkali yang menginspirasi Anies-Cak Imin memilih tempat ini untuk deklarasi. Dari sini, Anies-Cak Imin sepertinya ingin mengambil inisiasi perjuangan dan jihad untuk masa depan bangsa Indonesia.
Tidak lama dari deklarasi Anies-Cak Imin di Hotel Yamato, muncul sejumlah narasi yang berpotensi menggembosi PKB. Info yang santer di publik, ada operasi penggembosan PKB yang sedang dijalankan. Oleh PKB, ini dianggap sebagai risiko sebuah perjuangan.
Sebagaimana diketahui publik, ada pihak yang terus berupaya jegal Anies agar tidak bisa nyapres. Isu ini sudah berjalan lama. Dalam situasi penuh tantangan ini, datang Cak Imin. Cak Imin yang tidak diperhitungkan di koalisi Gerindra akhirnya bertemu dengan Anies. Keduanya memutuskan untuk berpasangan maju di pilpres 2024.
"Kalau jodoh memang tidak kemana", kata pepatah lama. Apalagi, hasil ijtima' para ulama di belakang PKB, yang kemudian menamakan diri sebagai "Ulama Nusantara" telah dengan tegas merekomendasikan Cak Imin untuk menjadi cawapres. Rekomendasi ini ditangkap oleh Anies dan disiapkan karpet merahnya.
Bergabungnya Cak Imin ke KPP, jika tidak ada hal yang menghalangi, akan memastikan Anies-Cak Imin maju sebagai pasangan Capres-cawapres di 2024.
Mayoritas warga NU, khususnya para pemilih PKB, akhirnya merasa lega. Ada tokoh representasi warga NU yang ikut pilpres. Namanya Cak Imin. Mereka bersyukur, Anies memberi karpet merah kepada Cak Imin, setelah Cak Imin ditolak oleh koalisi lainnya.
Ini "Pasangan yang cocok dan serasi", kata sejumlah pihak. Dari beberapa wawancara televisi, sepertinya pasangan ini kompak. Mungkin karena secara personal, mereka sahabat dan punya histori sejak kuliah bersama di Jogja.
Bagi Anies, bergabungnya Cak Imin tidak saja melengkapi 20 persen syarat nyapres, tapi yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa masuknya Cak Imin dan PKB di Koalisi Perubahan untuk Persatuan telah membuka pintu bagi Anies untuk bisa bersama-sama dengan warga nahdliyin menata kembali Indonesia di masa depan.
Dalam sejarah, NU punya andil dan investasi cukup besar terhadap negeri ini. Tapi, NU belum mendapatkan peran secara proporsional untuk ikut mengurus negeri ini.
Setelah Gus Dur dan Kiai Ma'ruf Amin, Cak Imin bisa menjadi penerus. Kelebihannya, Cak Imin masih sangat muda dan energik. Potensi keterlibatanya kedepan untuk mengelola bangsa lebih bisa diharapkan.
Tapi, tak ada perjuangan kecuali harus menempuh jalan terjal. Sejak deklarasi Anies-Cak Imin di Hotel Yamato Surabaya (2 September 2023), jalan terjal mulai terlihat. Ada pihak yang mulai main kayu. Kekerasan, maksudnya. Gebuk Cak Imin dan PKB. Berbagai cara dilakukan agar Cak Imin dan PKB terpisah dari warga Nahdliyin.
Semangat Yamato di dada Cak Imin dan PKB nampaknya tidak surut. Tempat ini sengaja dipilih sebagai lokasi deklarasi untuk menggelorakan spirit jihat para ulama Nahdliyin.
Ulama-ulama NU tidak pernah lupa sejarah itu. Sejarah perobekan bendera dan resolusi Jihad. Ini bagian dari spirit perjuangan untuk bangsa dan negara.
Apakah dengan memori sejarah perjuangan ini, para ulama Nahdliyin akan membiarkan Cak Imin dan PKB akan menghadapi sendiri pihak lawan? Apakah mereka rida tokoh dan kader muda NU yang mengambil jalan terjal politik ini dibiarkan menghadapi sendirian terhadap mereka yang menggunakan segala cara untuk menghabisi Cak Imin dan PKB?
Cak Imin dan PKB saat ini dianggap oleh banyak pihak sebagai pilihan dan representasi yang paling otorotatif bagi warga Nahdliyin. Para ulama Nahdliyin pasti tidak akan membiarkan Cak Imin dan PKB sendirian dalam menjaga semangat resolusi jihad itu.
Cak Imin dan PKB sepertinya tidak dibiarkan sendirian menjaga spirit perobekan bendera Belanda itu. Info yang terdengar, para ulama Nusantara sedang merapikan barisan dan membentuk soliditas untuk menjaga dan memperjuangkan Cak Imin. Karena mereka yang merekomendasikan, maka mereka terpanggil untuk menjaga dan memperjuangkan agar Cak Imin menang.
OLEH: TONY ROSYID
Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.