Ternyata sebelum menikahi Ratna Sari Dewi, ada sosok wanita Jepang lain yang dikabarkan menjadi istri Soekarno.
Namun, istri Soekarno dari Jepang ini kabarnya terlupakan begitu saja, bahkan nasibnya berakhir tragis karena bunuh diri.
Istri Soekarno yang terlupakan ini bernama Sakiko Kanase, seorang model yang berusia 25 tahun. Ia sosok wanita Jepang pertama yang mencuri hati Bung Karno sebelum Naoko.
Mereka melangsungkan pernikahan pada tahun 1958 di Jepang. Setelah itu, Sakiko Kanase dibawa ke Jakarta dan ditempatkan di kawasan elit Menteng.
Dalam laporan jurnalistik yang dibuat oleh Richard Susilo saat mewawancarai Yoshiko Sawada, teman dekat dari ibu Sakiko Kanase, diungkapkan bahwa Yoshiko Sawada menghadiri pernikahan Soekarno dan Sakiko di hotel Daichi di kota Ginza pada tahun 1958.
Pertemuan antara Bung Karno dan Sakiko terjadi pertama kali di Kyoto. Sejak awal mereka bertemu, Bung Karno sudah merasa tertarik pada Sakiko.
Ketertarikan Soekarno ini dimanfaatkan oleh Kinoshita Group, sebuah perusahaan Jepang yang memiliki proyek pembangunan di Indonesia dari hasil pampasan perang Jepang.
Pada akhirnya, Sakiko menjadi bagian dari lingkaran bisnis elit di Kinoshita Group. Soekarno kemudian menikahinya dan membawanya ke Jakarta.
Di Jakarta, Sakiko memeluk agama Islam dan diubah namanya oleh Soekarno menjadi Saliku Maesaroh.
Saat berada di Jakarta, dia mendaftar sebagai guru privat untuk anak karyawan Kinoshita Trading Company dan akrab dipanggil "Bu Guru Basuki".
Seiring berjalannya waktu, Soekarno sangat sibuk mengurusi pampasan perang dan melakukan perjalanan bolak-balik ke Jepang.
Pada saat itu, Soekarno bertemu dengan Naoko Nemoto yang akhirnya menjadi istrinya dan mengubah namanya menjadi Ratna Sari Dewi Soekarno.
Kubo Macau, atasannya di Tony Trading Company, memperkenalkan Naoko Nemoto, seorang gadis cantik berusia 19 tahun, kepada Soekarno.
Soekarno jatuh cinta lagi setelah dua kali bertemu Naoko di Hotel Imperial. Setelah itu, Soekarno dan Naoko saling berbalas surat, dan akhirnya Soekarno mengundangnya ke Indonesia.
Menurut Aiko Kurosawa, seorang sejarawan Jepang, ternyata Naoko juga merupakan bagian dari Tony Trading Company yang merupakan pesaing Kinoshita Group dalam persaingan proyek-proyek bisnis di Indonesia.
Pada tanggal 14 September 1959, Naoko yang juga dikenal sebagai Dewi Soekarno terbang ke Indonesia.
Namun, sesaat setelah tiba di Jakarta, dia menyadari bahwa Kubo memanfaatkannya untuk memajukan bisnisnya di Indonesia. Akibatnya, hubungan Dewi dengan Kubo dan perusahaannya menjadi renggang.
Kehadiran Naoko menjadi masalah besar bagi Sakiko, yang merasakan amarah dan cemburu. Perasaan tersebut membakar hatinya, dan dia merasa frustasi, tercampak, dan terbuang di negeri orang. Sakiko juga merasa malu karena Naoko menjadi kekasih favorit Soekarno.
Dua minggu setelah Naoko tiba, Sakiko mengakhiri hidup dengan cara mengakhiri hidupnya dengan mengiris urat nadinya.
Pada saat itu, Soekarno dan Naoko sedang mengunjungi Bali sekitar tanggal 30 September 1959.
Ketika mendengar kabar tragis yang menimpa Sakiko, Soekarno sangat terkejut dan tak bisa menahan tangisnya mendengar berita sedih tersebut.
Kemudian Soekarno meminta bawahannya untuk mengurus pemakaman istri Jepangnya dengan baik, tanpa menarik perhatian publik atau media.
Sakiko dimakamkan di Blok P, Jakarta Selatan. Namun, kabarnya, sekitar akhir tahun 1970-an, keluarganya memindahkan kerangka Sakiko kembali ke Jepang.
Sumber: hops
Foto: Bukan Ratna Sari Dewi, sosok istri Soekarno dari Jepang yang terlupakan (Kolase Instagram @rhkusumo, @lookathistory)