Di antara tujuh Presiden Republik Indonesia, Rocky Gerung paling tidak mau menjabat di bawah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Hal ini diungkap Rocky Gerung ketika berbincang-bincang dengan Refly Harun dalam video yang tayang pada 2 Juli 2022 silam.
Dalam obrolan tersebut, Refly Harun memberikan sebuah skenario di mana Rocky Gerung ditawarkan jabatan strategis oleh para presiden.
Lalu, Refly Harun meminta Rocky Gerung untuk memilih presiden siapa yang paling ingin dipilih dan siapa yang sangat tidak ingin dipilih.
Rocky Gerung lantas menjawab bahwa ia ingin membantu Presiden pertama Indonesia, yakni Soekarno.
Pasalnya, ia menilai Bung Karno gagal dalam kaderisasi. Maka, ia ingin membantu sang proklamator untuk melakukan kaderisasi.
Adapun presiden yang paling tak ingin dipilih atau ditolak Rocky Gerung adalah presiden ke-4 Indonesia, yaitu Gus Dur.
“Yang tidak akan saya pilih kalau diminta dan saya akan tolak pasti Gus Dur,” katanya, seperti dikutip dari kanal YouTube Refly Harun pada Kamis, 12 Oktober 2023.
Awalnya, Rocky Gerung melontarkan sebuah satir bahwa ia tidak bisa membantu Gusdur dalam mengajari anak-anak Taman Kanak (TK) di Dewan Perawakilan Rakyat (DPR).
Satir ini merujuk pada salah satu humor popular Gus Dur yang menyamakan para DPR dengan taman kanak-kanak.
“Karena saya nggak bisa misalnya membantu Gus Dur untuk mengajarkan anak-anak TK di DPR,” katanya sambil tertawa.
Kemudian, Rocky Gerung memberi jawaban yang lebih serius bahwa ia menilai Gus Dur merupakan sosok yang sudah pintar sehingga tak butuh bantuannya.
“Saya nggak akan pilih Gus Dur karena Gus Dur udah pintar. Jadi, saya nggak mungkin membantu orang yang udah pintar,” katanya.
Menurut pengamat politik ini, kepintaran Gus Dur terlihat dalam cara memainkan humor dengan politik.
“Kepintaran Gus Dur itu ada di dalam kemampuan dia untuk memparodikan politik. Bahkan menjadikan politik itu sebagai humor. Dia menghumorkan politik dan mempolitisir humornya sendiri,” ujar Rocky Gerung.
“Itu kemampuan-kemampuan yang jarang dimiliki oleh pemimpin yang basisnya adalah sipil,” sambungnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung mengungkapkan bahwa ia mengenal dekat Gus Dur cukup lama. Mereka pernah bekerja sama dalam Forum Demokrasi di tahun 90-an.
Ketika itu, menurut dia, Forum Demokrasi dibuat dalam rangka menjadi oposisi orde baru secara diskursur. Pasalnya, oposisi lewat partai tidak dimungkinkan ketika itu.
“Saya selalu kebagian tugas untuk membuat draft statement publik tuh. Kalau selesai, nanti kasih ke Gus Dur itu kan. Tapi kemudian, seringkali Gus Dur ya dia nggak pakai teks saya aja. Dia ngomong aja,” kenang Rocky Gerung.
Teks yang ditulis Rocky itu kemudian dibagikan ke wartawan usai Gus Gur memberikan pernyataan. Di situ, muncullah pertanyaan mengapa teks itu berbeda dengan apa yang dikatakan Gus Dur.
Merespons pernyataan wartawan, Gus Dur dengan santai membuka rahasia bahwa Rocky Gerung lah yang menulis teks tersebut.
“Jadi, kemampuan dia untuk mengambil alih dan mengabstraksikannya itu luar biasa. Termasuk kemampuan dia untuk ngeyel kalau terjebak dengan suatu problem. Dia malas jawab, dia suruh aja orang lain, itu salahnya orang lain,” katanya.
Dari pengalaman-pengalaman seperti inilah, Rocky Gerung berkesimpulan bahwa Gus Dur adalah seorang intelektual.
Oleh sebab itulah, Rocky Gerung menilai tidak perlu lagi membantu dengan menambah aspek intelek pada diri Gus Dur.
“Tapi itu persahabatan yang enak, persahabatan intelektual. Nah, saya nggak mungkin lagi menambahkan aspek intelektual pada Gus Dur. Karena dia sudah lengkap dalam soal itu,” ungkapnya.
Sumber: hops
Foto: Gus Dur dan Rocky Gerung (Wikipedia dan YouTube Mata Najwa)