Kelompok pejuang Palestina, Hamas, melancarkan serangan besar-besaran ke Israel pada Sabtu (10/10/2023). Serangan itu telah mengejutkan banyak pihak di dunia lantaran kemampuan intelijen dan pertahanan Israel yang kuat.
Diluncurkan tidak lama setelah fajar menyingsing pada Sabtu, serangan Hamas terhadap tetangganya tersebut terjadi secara mendadak dan mematikan. Seluruh rangkaian juga terekam dalam video yang direkam oleh kelompok itu dan diunggah online.
Video yang diunggah ke situs media sosial Hamas menunjukkan para militan bergerak cepat untuk menyerang kendaraan Israel yang mungkin menghalangi mereka. Ini termasuk melumpuhkan sebuah tank yang terkena amunisi yang dijatuhkan dari pesawat tak berawak di dekat pagar perbatasan.
Dengan menggunakan sepeda motor, mobil, dan berjalan kaki, dengan membawa senjata, gelombang pertama yang terdiri dari 400 anggota Hamas menyerbu melintasi perbatasan ke Israel di 15 titik di mana mereka telah melanggar penghalang keamanan.
Dalam waktu beberapa jam, sistem tembok dan pagar canggih Israel pun telah berhasil ditembus oleh kelompok itu.
Ketika menit-menit berlalu, makin banyak gelombang militan Hamas yang bergerak dengan buldoser untuk memperlebar jarak bagi kendaraan yang lebih besar termasuk kendaraan roda empat, truk pickup dan sepeda motor untuk melintas. Kloter ini pun mulai menyerang 22 lokasi terpisah di Israel.
Dengan keberhasilan ini, Hamas diduga telah menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk mengumpulkan informasi intelijen mengenai operasi Israel di sepanjang perbatasan. Mereka juga telah mengidentifikasi kerentanan di pagar, tidak terkecuali gerbang di sepanjang perbatasan dan pola patroli Israel.
"Hamas memberi kesan kepada Israel bahwa mereka belum siap berperang," kata sumber keamanan kepada Reuters dan diwartakan The Guardian, Selasa (10/10/2023).
"Hamas menggunakan taktik intelijen yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menyesatkan Israel selama beberapa bulan terakhir, dengan memberikan kesan publik bahwa mereka tidak bersedia berperang atau berkonfrontasi dengan Israel sambil mempersiapkan operasi besar-besaran ini."
Seorang perwira cadangan Israel lainnya mengatakan ada kegagalan sistem dan konseptual mengenai Hamas yang lebih dari sekadar pengumpulan intelijen. Menurutnya, Israel terlalu bergantung pada teknologi.
"Kami meyakinkan diri kami sendiri bahwa Hamas merasa gentar dan ketakutan, dan bahwa kami akan selalu mendapat peringatan intelijen pada waktunya. Kami pikir kami tahu bagaimana menganalisis niat dan pemikiran mereka. Menyadarinya akan sulit," paparnya.
Skala serangan tersebut, yang dimulai dengan rentetan 2.500 roket dan melibatkan upaya pendaratan kapal dan paralayang di utara Gaza, penggunaan drone, dan penerobosan di sepanjang tembok, menunjukkan bahwa serangan tersebut dirancang untuk mengecoh.
Setelah penerobosan tersebut, kelompok besar pejuang Hamas dengan cepat bergerak ke beberapa pangkalan militer di sisi jauh perbatasan. Mereka juga tampaknya menyadari lokasi, tata letak, dan rute pendekatan terbaik mereka untuk menghindari deteksi.
Ukuran keberhasilan ini disampaikan kepada berita Channel 13 Israel dalam bocoran kutipan interogasi terhadap seorang militan Hamas yang ikut serta dalam penyerangan tersebut.
"Itu 5 jam sebelum mereka menembaki kami," katanya. "Kami siap dengan 1.000 pejuang, kami menerobos pagar di 15 tempat."
Di antara pasukan Israel yang bergegas ke lokasi pertempuran adalah pasukan khusus dari Unit Shaldag, yang komandannya telah diberitahu mengenai serangan pertama terhadap masyarakat di sepanjang perbatasan dan bergegas menuju lokasi pertempuran dengan transportasi apa pun yang tersedia.
Dalam salah satu wawancara pertama dengan seorang komandan unit militer Israel, seorang kolonel pasukan khusus yang diidentifikasi sebagai B menggambarkan dirinya diberitahu tentang serangan Hamas dalam waktu setengah jam, dan tiba di kibbutz Be'eri, yang menjadi lokasi serbuan kelompok Palestina itu.
Sumber: cnbcindonesia
Foto: cover topik/ cover topik Hamas/ Aristya rahadian