WANHEARTNEWS.COM - Soe Hok Gie adalah seorang aktivis keturunan Tionghoa-Indonesia yang menentang kediktatoran berturut-turut dari Presiden Soekarno hingga Soeharto.
Soe Hok Gie lahir pada 17 Desember 1942, ia lahir dari keluarga penulis yang membuatnya begitu dekat dengan dunia sastra.
Soe Hok Gie akhirnya melanjutkan pendidikannya di SMA Kolese Kanisius jurusan Sastra, lalu melanjutkan ke bangku kuliah di Universitas Indonesia (UI) ke fakultas sastra dan mengambil jurusan Sejarah.
Selama mengenyam pendidikan, kesadarannya dalam bidang politik mulai tumbuh hingga menghasilkan catatan perjalanan dan tulisan-tulisan Gie yang menjadi semakin tajam dan sarat dengan kritik.
"Saya pertama kali mengenal sosok Soe Hok Gie lewat bukunya 'Catatan Seorang Demonstran', Catatan Seorang Demonstran adalah sebuah buku yang sempat dilarang pada saat Orde Baru, saat Soeharto masih memimpin," ucap narator YouTube Macca Project yang dikutip Senin, 22 Oktober 2023.
Buku itu terbit pada tahun 1983 yang merupakan buku harian Gie sendiri. Gie juga terkenal sebagai penulis yang menghasilkan banyak karya, tulisannya sering diterbitkan di berbagai media, termasuk Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
Selain itu, beberapa buku lain karya Gie juga telah diterbitkan, seperti "Zaman Peralihan" (1995), yang berisi kumpulan artikel yang ditulis oleh Gie selama tiga tahun masa Orde Baru.
Kemudian, ada juga "Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan" (1997) dan "Di Bawah Lentera Merah" (1999), yang awalnya merupakan skripsi Gie dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku.
Selain menjadi aktivis kemahasiswaan. Ia juga menjadi salah satu pendiri Mapala UI atau himpunan mahasiswa pencinta alam, yang salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung.
Namun sayang, justru kegiatan tersebut yang merenggut nyawanya, Gie tewas dalam usia yang masih muda.
"Tepat pada tanggak 16 Desember 1969, Soe Hok Gie meninggal dunia di kawasan puncak Gunung Semeru dengan ketinggian 3676 mdpl," ucap narator tersebut.
"Soe Hok Gie meninggal di gunung tertinggi di Pulau Jawa akibat menghirup gas beracun beberapa jam sebelum genap berusia 27 tahun," lanjutnya.
Soe Hok Gie meninggal bersama dengan rekannya yang bernama Idhan Lubis dan dimakamkan pada tanggal 24 Desember 1969 setelah melewati proses evakuasi yang panjang. [Democrazy/Hops]