Tahun 2024 akan terjadi perubahan peta politik yang sangat signifikan.
Tahun 2024 adalah tahun perubahan. Rakyat sudah sangat cerdas sehingga tidak mempan lagi untuk dibodohi dan diiming-imingi dengan uang 20, 30, 50, 100, atau dengan paket sembako, dll. Rakyat sudah melek politik. Mereka sudah tahu mana partai yang memberi manfaat dan mana yang cuma memanfaatkan (suara) rakyat. Ada partai yang ketika mau pemilu sangat dekat dengan rakyat, tapi setelah pemilu selesai menjadi partai sangat jauh dengan rakyat sampai tidak bisa dijangkau.
Perubahan suara partai ada yang naik dan ada yang turun, bahkan ada yang terlempar dari Senayan.
Ada partai medioker yang naik menjadi partai pemenang, ada partai pemenang yang turun menjadi partai medioker, ada partai papan bawah yang naik jadi partai medioker, ada partai medioker yang turun jadi partai papan bawah, ada ada partai papan bawah yang terlempar dari senayan, dan ada partai baru yang masuk ke senayan.
Semua perubahan itu didasarkan kepada : 1. Perubahan dukungan pemilih di tahun 2019; 2. Dicawapreskannya Muhaimin; 3. Pencabutan dukungan para ulama; 4. Kekecewaan terhadap capres Ganjar di Jawa Tengah, 5. Penampilan Anies yang sangat konsisten dengan slogan perubahan.
Tahun 2024 para lembaga survey penyesat dan pembohong yang cuma mementingkan bayaran tapi mengorbankan kejujuran dan kaidah-kaidah ilmiah akan dicampakkan rakyat sebagai sampah yang berbau busuk. Sebut saja : *SMRC, Charta Politika, Poltracking, LSI Denny JA, Indikator, Indo Barometer, _Kompas_, Tribun News, dll*. Mereka adalah lembaga survey penyesat dan pendusta yang selalu merilis hasil yang berlawanan dengan fakta dan realita.
Mari kita analisa secara sederhana faktor-faktor perubahan peta politik tersebut :
Pertama, Perubahan dukungan pemilih di tahun 2019
Perubahan yang sangat signifikan adalah perubahan para pendukung Prabowo di 2019 hampir 80% beralih ke Anies. Ada 5 dukungan utama Prabowo di 2919: 1. Kader dan pendukung setia partai; 2. elemen anti Jokowo; 3. Emak-emak; Umat Islam dan ulama garis lurus; 5. Para pemilih baru terutama dari kaum milenial. Hampir dipastikan, pendukung No.2-4 telah beralih ke Anies. Jadi pendukung Prabowo tinggal dari kader dan pendukung setianya.
Kedua, Dicawapreskannya Muhaimin Iskandar (Cak Imin)
Cak Imin sebagai representasi dari kaum nahdhiyyin kultural, memiliki basis massa yang sangat luas, jauh melebihi kaum Nahdhiyyin struktural pimpinan Yahya Staquf. Hampir semua ulama NU mendukung Cak Imin. Bahkan para pendukung PDIP pun mayoritas dari kaum Nahdhiyyin kultural. Jika di tahun 2019 mereka memilih PDIP, sekarang sebagian besar mereka akan memilih Cak Imin (PKB). Jadi sesumbar Cak Imjn yang akan mengalahkan PDIP di Jawa Tengah bukan isapan jempol.
Ketiga, Pencabutan dukungan para ulama garis lurus dari Prabowo
Dukungan para ulama garis lurus yang di belakangnya adalah alumni 212 itu sangat besar. Siapa yang bisa mengumpulkan massa sampai 7 juta orang di tahun 2016 selain mereka. Jumlah umat Islam di bawah para ulama garis lurus ini minimal dua kali lipat yang hadir di Monas, yaitu sekitar 14 jutaan. Di tahun 2019 mereka semua mendukung Prabowo, tapi hampir 100% sekarang sudah tidak mendukung Prabowo lagi. Ke mana dukungan mereka ? Pasti kepada capres yang amanah.
Keempat, Kekecewaan terhadap capres Ganjar di Jawa Tengah
Ganjar dinilai sebagai “Gubernur gagal” di Jawa Tengah, sehingga rakyat Jawa Tengah hampir dipastikan tidak akan memilih Ganjar. Selain alasan kasus kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah, kasus Wadas dan Gunung Kendeng, kasus banjir yang tanpa solusi, kasus korupsi E-KTP، kasus hobi nonton video bokep, juga Ganjar hanya capres petugas partai dan boneka oligarki taipan. Tengok setiap kunjungan Ganjar ke daerah atau mengumpulkan massa sekalipun dengan iming-iming berbagai door prize, tetap saja sepi pengunjung.
Kelima, Penampilan Anies yang sangat konsisten dengan slogan Perubahan
Anies sebagai “antitesa” Jokowi telah membuktikannya di Jakarta selama menjabat sebagai Gubernur DKI. Ini sangat kontradiktif dengan prestasi Jokowi yang selama 2 periode boleh dibilang *zonk prrstasi* bahkan minus, yang terjadi adalah kerusakan dan kerusahan. Bahkan menurut Dr. Tifa : _10 tahun kerusakan yang dibuat Jokowi, perlu waktu 200 tahun untuk memperbaikinya_
Anies dalam kurun waktu 5 tahun telah membuat prestasi yang sangat banyak dan terus mendapatkan penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Anies adalah orang yang konsisten dengan gagasannya, tulus ikhlas dalam bekerja, sangat luas wawasan dan pergaulannya, selalu mengutamakan kepentingan rakyat, berani melawan oligarki taipan, jujur dan tidak korup, serta cerdas berwibawa.
Oleh karena itu, partai-partai yang akan dipilih rakyat adalah partai-partai yang mengusung Anies sebagai Capres.
Berdasarkan kalkulasi trend dukungan rakyat dan dinamika yang terjadi di masyarakat, ada 4 cluster posisi partai
A. Cluster Partai Atas
1. PKB
2. PKS/Nasdem
3. Nasdem/PKS
B. Cluster Tengah
4. PDIP
5. Gerindra
6. Golkar
C. Cluster Bawah
7. Demokrat
8. Partai Umat
D. Cluster Partai Gurem (Tidak lolos Ke Senayan)
9. P3
10. PAN
11. PSI
12. PBB
13. Gelora
14. Masyumi
Partai Masyumi belum masuk Senayan karena berbagai faktor, seperti : belum banyak dikenal, tidak ada tokoh sentral, dan pemilihnya banyak memiliki karakter sama dengan pemilih PAN, Partai Umat, dan PBB.
Partai-partai baru yang lain kemungkinan bukan saja tidak masuk senayan, tapi perolehan suaranya dari 0, – 1 digit.
Wallahu a’lam
Bandung, 21 R.Awwal 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.