Media sosial dihebohkan dengan beredarnya tulisan tangan milik wartawan senior, Goenawan Mohamad.
Dari pantauan Bisnis, Goenawan Mohamad disebut menuliskan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo.
Pendiri Majalah Tempo itu menumpahkan kegelisahan dan pemikirannya mengenai kondisi politik Indonesia yang sebentar lagi memasuki Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Dalam tulisan yang tersebar di WhatsApp itu terpancar kekecewaan terhadap pemerintahan Jokowi yang dinilai mirip dengan Soeharto.
Jokowi disebut telah memuluskan jalan anak-anaknya untuk membangun dinasti politik. Di mana hal ini tergambar dari munculnya dukungan terhadap Gibran untuk mendampingi Prabowo.
"Saya dulu memilih Jokowi dan bekerja agar dia menang. Tapi kini saya merasa dibodohi. Jika nanti Prabowo-Gibran/Jokowi menang, kita dan generasi anak kita akan mewarisi kehidupan politik yang terbiasa culas, nepotisme yang menghina kepatutan, lembaga hukum yang melayani kekuasaan,"
Kemudian Goenawan mengatakan bahwa apa yang akan terjadi pada Pilpres 2024 sangatlah besar. Ia pun berharap masyarakat dapat memperbaiki kondisi politik Indonesia ke depan.
"Tapi yang dipertaruhkan pilpres 2024 begitu besar-sebuah tanah air, sejumlah nilai-nilai kebajikan, sebuah generasi baru yang berjuta-juta. Saya putuskan untuk, dalam usia lanjut ini, ikut mereka yang melawan untuk perbaikan,"
Di sisi lain, ia juga sempat menuliskan kalimat doa di akun X-nya pada Jumat (13/10). Di sana ia berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan Indonesia.
"Tuhan, selamatkanlah bangsa kami dari tipu dan dusta yg datang dari pemimpin-pemimpin kami. Orang-orang yang kepadanya kami pernah berikan kepercayaan. Kami tak memohon Engkau melaknat mereka, tapi kami tak akan berdoa utk keselamatan mereka. Tuhan, selamatkanlah bangsa ini,"
Narasi pergerakan milik Goenawan Mohamad untuk melawan nepotisme dalam pemerintahan Jokowi ini kemudian viral di platform X dan mendapat banyak komentar dari warganet.
Netizen kemudian ramai-ramai mencuitkan gerakan perlawanan nepotisme terhadap dinasti politik yang dibangun oleh Jokowi. Salah satunya akun @tamrintomagola.
"Saya bergabung dgn Gerakan @gm_gm melawan nepotisme @jokowi yang menghina kepatutan politik dan martabat serta wibawa lembaga hukum MK," tulisnya pada Sabtu (14/10).
Wartawan Dandhy Laksono juga turut menyoroti nepotisme di pemerintahan Jokowi, dan menyinggung mengenai nasib Indonesia ke depannya.
"Jokowi dan nepotismenya adalah beban bagi pemerintahan berikutnya. Sisa kekuatan politiknya hanya bergantung pada 3 hal: 1. Propaganda survei kepuasan publik, 2. Ketakutan orang pada "radikalisme", 3. Dukungan parpol atau politikus (korup) yang khawatir diproses kasus hukumnya,"
Gerakan protes terhadap nepotisme pemerintahan Jokowi ini pun menuai pro dan kontra. Terlebih saat ini tinggal menghitung hari untuk mendengar bacaan Mahkamah Konstitusi (MK) soal gugatan batas usia capres-cawapres.
Mahkamah Konstitusi (MK) telah menjadwalkan sidang pembacaan putusan gugatan terkait usia minimum calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) pada Senin (16/10/2023). Dikutip situs resmi MK, gugatan yang akan diputus yakni perkara nomor 29, 51, dan 55/PUU-XXI/2023.
Apabila gugatan dikabulkan, maka perjalanan Gibran untuk mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres bisa dengan mulus dilakukan. Hal ini juga dikatakan langsung oleh Wali Kota Solo itu, di mana ia mengaku sudah berulang kali diminta untuk maju Pilpres sebagai cawapres.
"Semua orang kan sudah tahu beliau sudah minta berkali-kali dan sudah saya laporkan ke pimpinan (PDI-P). Ke Pak Sekjen, ke Mbak Puan dan lain-lain," kata Gibran pada beberapa waktu lalu.
Sumber: bisnis
Foto: