Ekonom, Dr. Rizal Ramli menyoroti pidato Ketua Umum PDIP, Megawati
Soekarnoputri yang mengangkat narasi kedaulatan pangan dalam Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) IV PDI-P yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat
pada Jumat (29/9/2023).
Dalam pidatonya, Megawati menegaskan Indonesia Indonesia mampu
berdikari atau berdaulat terkait pangan.
Pidato Megawati pun diapresiasi Rizal Ramli.
Hanya saja, semangat yang disampaikan Megawati hanya angan-angan.
Sebab, swasembada pangan yang sebelumnya menjadi janji politik Jokowi ketika
maju Pilpres 9 tahun silam belum terbukti nyata.
Hal tersebut disampaikan Rizal Ramli lewat status twitternya @RamliRizal
pada Sabtu (30/9/2023).
Dalam postingannya, dirinya menilai pidato Megawati sangat bagus.
Hanya saja, harapan yang disampaikan Megawati sangat terlambat.
Sebab, selama hampir 9 tahun Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
(Jokowi) berkuasa, Indonesia masih saja mengimpor pangan.
Jokowi sendiri diungkapkan Rizal Ramli hanya bisa pencitraan.
Jokowi katanya menyampaikan pidato retoris dan berfoto bersama dengan para
petani yang nasibnya kian terjepit saat ini.
"Pidato Mbak Mega di Munas PDIP ttg Kedaulatan dan Diversifikasi Pangan
bagus sekali, Hanya rada telat," tulis Rizal Ramli.
"9 tahun Jokowi berkuasa, dia hanya pidato2 retoris dan selfie2 dgn petani,
tetapi ketergantungan impor semakin tinggi dan petani semakin miskin!"
tegasnya.
Oleh karena itu, mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik
Indonesia itu menilai PDIP gagal menjadi pengawas Jokowi.
Alasannya, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan, hanya dalam waktu
tiga tahun, khususnya beras, jagung dan bawang putih.
Tetapi hingga 9 tahun Jokowi berkuasa, Indonesia tetap mengimpor bahan
pangan tersebut.
"Padahal untuk bisa swasembada beras, jagung, bawang putih hanya perlu waktu
3 tahun. Pengawasan PDIP thd Jkw (Jokowi) payah," tutupnya.
Pidato Mbak Mega di Munas PDIP ttg Kedaulatan dan Diversifikasi Pangan bagus sekali ππHanya rada laat, 9 tahun Jokowi berkuasa, dia hanya pidato2 retoris dan selfie2 dgn petani, tetapi ketergantungan impor semakin tinggi dan petani semakin miskin ! Padahal untuk bisa…
— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) September 29, 2023
Megawati: Tema Pangan Bukan karena Pemilu
Ketua Umum (Ketum) PDI-P Megawati Soekarnoputri memastikan bahwa tema Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI-P yang membawa narasi kedaulatan pangan,
bukan karena jelang pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Megawati mengatakan, tema tersebut sudah dibahas sejak lama dan dipandang
penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ke depannya.
"Ini bukan karena kita mau pemilu ya, tapi kita renungkan bertahun-tahun,
mengapa bapak saya selalu mengatakan petani nelayan itu sokoguru (tiang atau
tonggak) dan saya bisa mengerti sekarang," kata Megawati dalam pidato
sambutannya di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada Jumat (29/9/2023).
Megawati meyakini bahwa Indonesia bisa berdikari atau berdaulat terkait
pangan.
Dalam arti, Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri di bidang pangan.
"Pertanyaannya, apakah bisa? Sangat bisa," ujar Megawati.
Megawati meyakini kemampuan itu karena posisinya sebagai Ketua Dewan
Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Ia lantas mengungkapkan, saat ini tengah menyelesaikan pendataan mengenai
jumlah flora dan fauna di Indonesia.
Hal ini juga disampaikan Megawati di hadapan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
yang turut hadir dalam pembukaan Rakernas IV PDI-P.
"Belum enam bulan Bapak Presiden, sudah terjumlah mulai terangkat ada dua
juta tanaman yang telah didata dan masih terus untuk dilaksanakan. Oleh
sebab itu, makanya kita harus percaya, percaya pada diri kita bahwa kita
bisa berdiri di kaki sendiri anak-anakku," kata Presiden kelima RI itu.
Jokowi Ungkap Alasan Harga Pangan Naik
Usai Megawati menyampaikan pidato, tiba giliran Presiden Joko Widodo
(Jokowi) naik ke atas panggung.
Dalam pidatonya, Jokowi mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 22 negara yang
menghentikan ekspor bahan pangan dan mengakibatkan melambungnya harga pangan
di banyak negara.
"Yang sekarang terjadi menyebabkan pangan semakin naik harganya adalah 19
negara sekarang ini sudah tidak mengekspor pangan. Bahkan, tadi pagi saya
baca lagi bukan 19 lagi, tetapi 22 negara saat ini sudah tidak mau
mengekspor bahan pangannya," kata Jokowi dikutip dari Kompas.com.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, salah satu komoditas pangan yang
dihentikan ekspornya adalah beras.
Ia juga menyebutkan negara-negara yang menghentikan ekspor komoditas pangan,
antara lain Uganda, Rusia, Bangladesh, India, Pakistan, dan Myanmar.
"Betapa nanti kalau ini diterus-teruskan semua harga bahan pokok pangan
semuanya akan naik," ujar Jokowi.
Selain negara-negara yang menyetop ekspor, Jokowi menyebutkan bahwa
perubahan iklim serta situasi geopolitik dunia juga menjadi penyebab
tingginya harga pangan beberapa waktu terakhir.
Oleh karena itu, Jokowi berpesan kepada bakal calon presiden (capres) PDI-P,
Ganjar Pranowo, untuk memprioritaskan program kedaulatan pangan jika
terpilih sebagai Presiden.
"Perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik besok langsung masuk ke
kerja kedaulatan pangan sehingga swasembada pangan, ketahanan pangan,
kedaulatan pangan itu betul-betul kita miliki," kata Jokowi.
Jokowi Yakini Ganjar Mampu Tuntaskan Masalah
Jokowi mengatakan bahwa visi taktis harus dimiliki guna menghadapi
permasalahan pangan pada 5 hingga 10 tahun ke depan.
Menurutnya, yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pangan bukanlah visi dan
misi yang bagus di awang-awang, melainkan visi taktis.
Oleh karena itu, Jokowi pun yakin Ganjar ke depan mampu mengatasi problem
pangan.
"Saya yakin Pak Ganjar mampu menyelesaikan ini," kata Jokowi yang disambut
sorak sorai kader yang menghadiri Rakernas IV PDI Perjuangan.
Jokowi juga mengungkapkan, saat ini ada 19 negara di dunia yang mulai
menghentikan kegiatan ekspor bahan pangan.
Bahkan, jumlah itu melonjak menjadi 22 negara.
Jokowi menyebut dari sederet negara yang tidak lagi mengekspor bahan pangan,
di antaranya Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan, hingga Myanmar.
Menurutnya, apabila negara-negara tersebut ke depan tetap menghentikan
ekspor bahan pangan, tidak menutup kemungkinan akan membuat harga bahan
pangan di dunia naik.
Membaca akan kekhawatiran tersebut, Jokowi pun setuju dengan apa yang
disampaikan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ganjar
perihal kedaulatan pangan bagi Indonesia.
Adapun Megawati dan Ganjar berbicara mengenai kedaulatan pangan disampaikan
sebelum Jokowi menyampaikan pidatonya dalam Rakernas IV PDI Perjuangan.
"Sehingga sekali lagi saya sangat setuju apa yang tadi disampaikan Ibu Ketua
Umum, Ibu Mega, semuanya setuju," ujar Jokowi.
"Dan lebih setuju lagi apa yang disampaikan calon presiden, Pak Ganjar
Pranowo," sambung Jokowi.
Jokowi juga mengaku berbisik ke Ganjar agar langsung mengurus kedaulatan
pangan setelah dilantik menjadi presiden.
"Tadi saya bisik-bisik ke beliau, 'Pak, nanti habis dilantik, besoknya
langsung masuk ke kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama'," ungkap Jokowi.
Jokowi menambahkan, perencanaan untuk menciptakan kedaulatan pangan harus
disiapkan mulai sekarang.
Sehingga, kata Jokowi, begitu Ganjar dilantik langsung bisa mengeksekusi
perencanaan yang sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari.
"Perencanaannya disiapkan sekarang, begitu dilantik besok langsung masuk
kerja kedaulatan pangan. Sehingga swasembda pangan, ketahanan pangan,
kedaulatan pangan, betul-betul kita miliki," imbuh Jokowi.
Tanggapan Ganjar Pranowo
Bakal calon presiden PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo menyatakan, negara harus
hadir karena swasembada pangan di Indonesia tidak bisa terwujud begitu saja.
"Dari kedaulatan pangan yang menjadi tema kita hari ini, ada satu kata yang
membikin semangat kita makin kuat adalah swasembada untuk bahan pokok
sehingga kita mampu memenuhi kebutuhan rakyat kita sendiri," kata Ganjar
dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan di Jakarta
International Expo, Jumat (29/9/2023).
"Tentu saja itu tidak bisa menggelinding apa adanya, begitu saja, karena
butuh hadirnya negara," kata dia.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menuturkan, negara harus hadir dalam
memastikan para petani dan nelayan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri
untuk mengurusi sektor pangan.
Menurut Ganjar, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan oleh negara demi
mewujudkan swasembada pangan.
Pertama, kata dia, negara harus menggenjot riset dan teknologi pertanian
agar semakin canggih.
Kedua, ia menekankan bahwa harus ada politik tata ruang supaya lahan-lahan
yang subur tidak dialihfungsikan.
"Ketika penugasan saya di DPR berjalan, saya ikut membahas Undang-Undang
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, tinggal bagaimana kita mengeksekusi,"
kata Ganjar.
Ia juga mendorong adanya kebijakan fiskal yang menstimulus inovasi
peningkatan produksi nasional, termasuk penerapan teknologi terapan
pertanian, pembangunan masif infrastruktur pertanian, serta sarana produksi
pertanian.
Ganjar menyatakan, kerja-kerja mewujudkan swasembada pangan ini penting
sebagai upaya menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Sebab, ia yakin, hal yang paling penting dan mendasar untuk menyejahterakan
masyarakat kecil adalah memenuhi kebutuhan pangan mereka.
"Apabila kita bisa meningkatkan sektor pangan Indonesia untuk kesejahteraan
rakyat, maka kita akan mampu membawa Indonesia lebih berjaya dan tadi
pesannya adalah makin berdikari dan berdaulat," kata Ganjar.
Foto: Kolase Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Rizal Ramli/Istimewa