Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan dana Pertamina sebesar USD 300 juta sempat tertahan di Venezuela. Namun kini, dana tersebut sudah bebas berkat bantuan dari Amerika Serikat (AS).
Hal ini disampaikan Luhut saat bertemu Special US Presidential Envoy for Climate, John Kerry, saat menjenguknya di Singapura.
“Kita sebelumnya mengalami kendala karena permasalahan antara Amerika dan Venezuela, yang menyebabkan dana Pertamina tertahan selama hampir 3-4 tahun, dan Amerika telah membantu menyelesaikan hal tersebut,” ungkap Menko Luhut.
Terkait itu, Menko Luhut menyampaikan rasa terima kasih kepada AS atas pembebasan dana Pertamina sebesar USD 300 juta yang sempat mengendap di Venezuela. Ia menilai hal tersebut merupakan bukti bahwa RI memiliki hubungan baik dengan negara Adidaya.
"Bantuan ini menandakan hubungan baik dan kepercayaan yang kuat antara Indonesia dan Amerika, yang membuka jalan untuk kerja sama lebih lanjut di masa depan," ujar Luhut.
Selain membahas soal Pertamina, dalam pertemuan tersebut Luhut juga membahas potensi besar Indonesia dalam pemanfaatan Carbon Capture Storage di depleted reservoir dan saline aquifer yang memiliki potensi hingga 400 giga ton.
Menurut Luhut, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi di sektor migas dan sektor lainnya. Ia berharap untuk diskusi lebih lanjut terkait hal itu.
Bahkan, Luhut juga meminta John Kerry agar dapat menghubungi White House Senior Advisor to the President for Energy and Investment, Amos Hochstein, guna membahas kerja sama di bidang critical minerals.
“Inisiatif ini dapat menghasilkan dana miliaran dolar yang akan sangat bermanfaat bagi rakyat Indonesia, serta membantu memacu perkembangan teknologi negara kita, sejalan dengan komitmen kita terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” pungkas Luhut.
Sumber: jawapos
Foto: Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan bersama istrinya. mengungkapkan dana Pertamina sebesar USD 300 juta sempat tertahan di Venezuela. (Instagram @luhut.pandjaitan)