Insiden kontroversial di Bitung, Sulawesi Utara, membawa Laskar Manguni ke pusat perhatian.
Dalam perkembangan terbaru, polisi telah menangkap sembilan tersangka, termasuk OK dan IG, yang diduga terlibat di tempat kejadian perkara (TKP) 1 dengan korban bernama Anto.
Namun, apakah Laskar Manguni benar-benar terlibat? Sebuah kutipan dari buku "Citizenship and Democratization in Southeast Asia" (2017) karya Laurens Bakker mengungkapkan bahwa gerakan ini muncul setelah jatuhnya Soeharto bersama kelompok ekstrem lain.
Berasal dari pemberontakan Permesta (1958-1961), Brigade Manguni menjalani latihan fisik dan ilmu-ilmu sihir dari adat setempat.
Dicky Mangkoem, pemimpin berpengaruh asal Manado, membangun jaringan dengan pemerintahan setempat hingga membentuk organisasi besar. Saat kerusuhan di Poso, mereka terlibat dengan nama 'Kelelawar Hitam'.
Dalam perkembangan terakhir, Brigade Manguni berubah menjadi organisasi perlindungan masyarakat.
Mereka menyatakan diri seperti Linmas, tetapi lebih besar dan siap menghadapi segala bahaya, bahkan terlibat dalam keamanan pada acara-acara penting dan membantu pemerintah dalam penanganan bencana alam.
Jejak Laskar Manguni dari kontroversi hingga transformasi menjadi pelindung masyarakat menggugah pemikiran, membuka pintu wawasan tentang kelompok ini yang berada di persimpangan sejarah dan perubahan.
Sumber: viva
Foto: Laskar maguni Sumber : Disway