Disinggung Ganjar, Ini 13 Aktivis yang Hilang Tahun 1997-1998 -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Disinggung Ganjar, Ini 13 Aktivis yang Hilang Tahun 1997-1998

Kamis, 14 Desember 2023 | Desember 14, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-12-14T00:46:47Z

Hilangnya 13 aktivis 1998 turut menjadi salah satu pembahasan dalam debat perdana capres di halaman kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023) malam. 

Mulanya, calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo bertanya kepada calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto perihal 12 kasus pelanggaran HAM berat, mulai dari peristiwa 1965 hingga penghilangan paksa 1998.

Pada 2009, menurut Ganjar, DPR sudah memberikan empat rekomendasi kepada presiden. 

Pertama, membentuk pengadilan HAM Ad Hoc. Kedua, menemukan 13 korban penghilangan paksa. Ketiga, memberikan kompensasi dan pemulihan. Keempat, meratifikasi perjanjian antipenghilangan paksa.

Ganjar bertanya apakah Prabowo akan membuat pengadilan HAM Ad Hoc dan menuntaskan rekomendasi DPR. 

Kemudian, Ganjar bertanya apakah Prabowo bisa menemukan di mana 13 korban penghilangan paksa itu dikubur agar bisa berziarah?

Menanggapi pertanyaan Ganjar, Prabowo mengatakan, masalah ini sudah ditangani oleh cawapres nomor urut 3 yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.

"Ya jadi apa lagi yang mau ditanya kepada saya? Saya sudah menjawab berkali-kali, ada rekam digitalnya, saya sudah jawab berkali-kali," ujarnya.

Menurut Prabowo, isu itu selalu ditanya jika elektabilitasnya dalam survei meningkat. 

Prabowo lantas meminta Ganjar bertanya kepada Kapolda Metro Jaya perihal berapa orang yang hilang di Jakarta selama tahun ini.

"Come on Mas Ganjar. Jadi saya tadi katakan, saya merasa bahwa saya yang sangat keras membela hak asasi manusia. Nyatanya, orang-orang yang dulu ditahan, tapol-tapol yang katanya saya culik, sekarang ada di pihak saya, membela saya. Saudara sekalian, jadi masalah HAM jangan dipolitisasi, Mas Ganjar menurut saya. Saya kira begitu jawaban saya," katanya.

Peristiwa penculikan dan penghilangan orang secara paksa terjadi pada periode 1997-1998 kala Soeharto masih berkuasa. 

Peristiwa ini terjadi tepatnya pada masa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden periode 1998-2003.

Mereka yang diculik merupakan aktivis yang ingin menegakkan keadilan dan demokrasi di masa itu. Mereka adalah orang-orang yang kritis dalam menyikapi kebijakan pemerintah.

Sayangnya keberadaan mereka justru dianggap membahayakan dan merongrong kewibawaan negara. Gagasan-gagasan dan pemikiran mereka dipandang sebagai ancaman yang dapat menghambat jalannya roda pemerintahan.

Penculikan dan penghilangan paksa pun dilakukan demi membungkam para aktivis ini. Total ada 23 orang yang dinyatakan hilang dalam periode 1997-1998. Di mana sebagian dari mereka adalah aktivis pro demokrasi.

Dari jumlah tersebut, hanya 9 orang yang berhasil kembali. Satu orang ditemukan tewas, sementara 13 lainnya belum kembali dan nasibnya masih menjadi misteri hingga kini.

13 Korban Penculikan yang Masih Jadi Misteri

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengetahui nasib 13 korban yang masih dinyatakan hilang tersebut, mulai membentuk Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), melakukan upaya advokasi, hingga menggelar sejumlah aksi.

"Jika hidup, di mana tinggalnya? Jika meninggal, di mana kuburnya?" Jawaban dari pertanyaan ini yang ingin diketahui oleh keluarga dan kerabat para korban.(3)

Lantas, siapa saja kah ke-13 korban tersebut? Kapan dan bagaimana mereka menghilang? Berikut data 13 korban peristiwa penculikan dan penghilangan orang secara paksa tahun 1997-1998:

1. Dedy Hamdun

Dedy Hamidun merupakan aktivis PPP yang aktif dalam dalam aksi-aksi Mega Bintang Rakyat menjelang Pemilu 1997. Ia dilaporkan hilang sejak 29 Mei 1997.

Ia hilang bersama dengan Nova Al Katiri dan Ismail. Diduga Deddy Hamdun diculik karena aktivitasnya mendukung kampanye PPP dalam Pemilu 1997.

2. Nova Al Katiri

Nova Al Katiri merupakan seorang Direktur PT Sangkuriang Tour and Travel dan PT Rahama Pratama. Dia diculik pada tanggal 29 Mei 1997 bersama dengan Dedy Hamdun dan Ismail. Mereka diculik setelah menjemput Dedi Hamdun di Rumah Sakit Bunda.

3. Ismail

Ismail adalah supir pribadi Nova Al Katiri. Ismail diculik bersama dengan Dedy Hamdun dan Nova Al Katiri pada tanggal 29 Mei 1997, setelah menjemput Dedy Hamdun di RS Bunda.

4. Yani Afri

Yani Afri merupakan aktivis PDI Pro Megawati. Pada tanggal 23 April 1997, sejumlah aparat berseragam dari Kodim Jakarta Utara mendatangi tempat tinggalnya di Rumah Susun Tanah Abang, Blok 36, Lantai 3.

Para aparat tersebut membawa Yani Afri bersama rekannya, Sony, ke kantor Kodim. Keduanya sempat ditahan di sana selama beberapa hari.

Tiga hari kemudian, tepatnya pada 26 April 1997, seorang teman Yani Afri mengatakan pada ibu Yani Afri, Tuti Koto, bahwa anaknya itu ditahan di Kodim Priok. Namun ketika ia mendatangi kantor Kodim tersebut, mereka mengatakan bahwa Yani Afri dan Sony sudah dilepas.

Disebutkan pula oleh korban penculikan lainnya, Pius bahwa ia pernah bertemu dengan Yani Afri dan Sony di tempat penyekapan. Mereka memang sempat dilepaskan dari Kodim, tetapi kemudian di luar kantor Kodim mereka dijemput atau tepatnya diculik oleh sekelompok orang yang menggunakan mobil Hardtop.

5. Sony

Sony merupakan rekan Yani yang juga merupakan aktivis PDI Pro Megawati. Ia bersama Yani dijemput paksa pada tanggal 23 April 1997. Setelah sempat dilepaskan, Soni bersama Yani kembali diculik oleh sekelompok orang.

6. Hermawan Hendrawan

Hermawan Hendrawan merupakan aktivis PRD yang berlatar belakang mahasiswa FISIP Unair angkatan 1990. Ia juga dikenal sebagai aktivis PPBI (Pusat Perjuangan Buruh Indonesia) dan SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) di Surabaya.

Ia terlibat aktif melakukan aktivitas pengorganisasian mahasiswa di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta.

Tanggal 29 Juli 1996, PRD dinyatakan secara resmi sebagai dalang peristiwa penyerbuan kantor PDI tanggal 27 Juli 1996. Tanggal 1 Agustus 1996, Hermawan pamit pindah ke Jakarta dengan alasan sudah tidak aman baginya ada di Surabaya.

Hermawan diduga diculik pada tanggal 12 Maret 1998, setelah menghadiri konferensi pers KNPD di kantor YLBHI, bersama Faisol Reza dan Raharja Waluya Jati. Hingga saat ini, keberadaan Herman tidak diketahui oleh siapapun.

Berdasarkan kesaksian Pius Lustrilanang yang pernah berbicara dengan Hermawan di dalam tempat penyekapan, sang aktivis tersebut mengaku diculik di sekitar RSCM.

7. Hendra Hambali

Hendra Hambali hilang pada tanggal 14 Mei 1998. Keberadaan Hendra sempat dilihat oleh tetangganya.

Berdasarkan pengakuan sejumlah tetangganya Hendra terlihat diculik, namun dilepaskan lagi. Orang yang melakukan penangkapan tersebut adalah aparat, berpakaian sipil, kepala botak.

8. M Yusuf

M Yusuf menjadi salah satu korban peristiwa penculikan dan penghilangan paksa. Ia dinyatakan hilang pada 7 Mei 1997. M Yusuf diketahui diambil paksa di wilayah Jakarta kala itu.

9. Petrus Bima Anugrah

Tidak ada saksi mata yang melihat atau mendengar sendiri peristiwa terjadinya penghilangan paksa yang dialami oleh Petrus Bima Anugrah. Namun sampai tanggal 12 Maret 1998 diketahui Petrus Bima Anugrah tinggal bersama-sama Aan Rusdianto, Nezar Patria dan Mugiyanto di Rumah Susun Klender.

Pada 13 Maret 1998, Petrus Bima Anugrah bersama Aan Rusdianto dan Nezar Patria mengikuti rapat di sekitar kantor pos besar Pasar Baru, Jakarta. Sore harinya, ia berpisah dengan kedua rekannya yang pulang menuju tempat tinggal mereka.

Petrus Bima Anugrah diketahui tidak ikut tertangkap pada saat Aan dan Nezar diculik karena tidak berada di rumah. Dalam interogasi terhadap korban penculikan lainnya, Raharja Waluya Jati dan Faisol Reza, pertanyaan mengenai Bimo Petrus selalu diajukan. Berdasarkan hal ini kemudian disimpulkan bahwa Petrus Bima Anugrah juga merupakan salah satu target penculikan.

10. Suyat

Suyat adalah mahasiswa FISIP Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, angkatan 1995. Ia diambil secara paksa dari rumah temannya pada 12 Februari 1998 sekitar pukul 04.00 WIB.

Kala itu, dua orang dari pelaku menarik Suyat secara paksa ketika Suyat membukakan pintu dan 1 orang mendorong serta menodongkan senjata api ke arah punggung Suyat. Mereka kemudian membawanya ke sebuah mobil yang diparkir tidak terlalu jauh dari rumah temannya yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Suyat merupakan pengurus pusat Komite Nasional Perjuangan untuk Demokrasi (KNPD) yang membidangi Pendidikan dan Propaganda serta anggota SMID. Dia juga aktif dalam kegiatan demonstrasi, baik di Solo maupun di Jakarta. Hingga saat ini, nasib dan keberadaan Suyat masih belum diketahui.

11. Ucok Munandar Siahaan

Ucok Munandar Siahaan hilang pada tanggal 14 Mei 1998. Ia menghilang di waktu yang bersamaan dengan Hendra Hambali.

Ucok terakhir diketahui keberadaannya saat pergi ke Mall Ramayana, Ciputat untuk melihat peristiwa penjarahan dan pembakaran. Sedangkan Hendra Hambali dilihat tetangganya di Glodok Plaza.(4)

12. Yadin Muhidin

Yadin Muhidin hilang di tanggal yang sama dengan Ucok dan Hendra Hambali, yakni pada 14 Mei 1998.(2) Yadin hilang saat menonton kerusuhan berupa pembakaran Ruko Griya Inti, Suter Agung.

Kala itu, kawan Yadin menyebut melihat orang-orang berbaju hijau, seperti tentara, datang dengan truk yang besar- besar, sambil membawa pentungan. Mereka menyeret dan mengangkut orang-orang untuk masuk ke dalam truk.

13. Wiji Tukul

Wiji Thukul atau Widji Widodo adalah seorang seniman penyair dan buruh. Terakhir kali ia aktif di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (JAKKER). Ia dituduh terlibat pada kerusuhan 27 Juli 1996.

Sekitar Agustus 1996, malam hari, Wiji Thukul pamit kepada Sipon karena harus menyelamatkan diri dari pengejaran aparat keamanan. Wiji terakhir kali terlihat oleh kawannya, Sipon, pada akhir Desember 1997 di Malioboro, Yogyakarta.

Adapun kali terakhir Wiji Thukul menelpon ke rumah yakni pada bulan Februari 1998. Tak ada saksi, jejak atau petunjuk mengenai keberadaan Thukul selanjutnya. Sejak saat itu tidak ada kabar lagi mengenai keberadaan Tukul.

Foto: Ilustrasi Ke-13 orang hilang pada peristiwa 1997-1998 di masa terakhir Soeharto. tirto.id/Lugas/source image: Kontras
×
Berita Terbaru Update
close