Sejak pecahnya perang Hamas-Israel di Gaza pada 7 Oktober lalu, ketegangan banyak diarahkan ke Israel dan Yahudi hingga kini. Nah, baru-baru ini, viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan dua remaja Israel mencorat-coret dan merusak gereja umat Kristiani di Jerusalem.
Tuntutan pun diajukan terhadap dua remaja yang dicurigai telah merusak puluhan kuburan di pemakaman Kristen bersejarah di Yerusalem itu, kata Polisi Israel dalam sebuah pernyataan, melansir Times of Israel, Selasa, 5 Desember 2023.
Investigasi menemukan bahwa 28 batu nisan di Pemakaman Protestan Gunung Zion dirusak.
Kedua tersangka, berusia 18 dan 14 tahun, berasal dari wilayah tengah negara tersebut, kata polisi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai identitas mereka.
Rekaman kamera keamanan mengenai serangan tersebut menunjukkan dua pria muda yang mengenakan kopiah Yahudi dan tzitzit, simpul ritual yang dikenakan oleh orang-orang Yahudi yang taat, mendorong jatuh salib, memecahkan batu nisan dan melemparkan puing-puing ke kuburan.
Selama interogasi, polisi menemukan bahwa “vandalisme yang disengaja” dilakukan karena alasan rasisme, kata pernyataan itu. Para tersangka ditangkap beberapa hari setelah vandalisme dilaporkan, dan penahanan mereka diperpanjang hingga mereka akhirnya dibebaskan menjadi tahanan rumah.
Kuburan tokoh-tokoh Kristen di pemakaman tersebut ditemukan terdorong dan ditarik dari fondasinya, sehingga meresahkan kelompok minoritas Kristen di kota tersebut dan menuai kecaman dari seluruh dunia. Pemakaman ini berusia lebih dari 170 tahun dan menampung anggota terkemuka angkatan bersenjata dan pendeta di kota suci tersebut.
Gereja Anglikan di Yerusalem mengecam penodaan tersebut sebagai kejahatan rasial yang menargetkan komunitas Kristen di Yerusalem di tengah konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Di antara makam-makam yang hancur itu terdapat sebuah makam yang berisi patung Samuel Gobat, uskup Protestan kedua di Yerusalem yang meninggal pada tahun 1879, yang berasal dari abad ke-19, kata keuskupan Episkopal. Makam tiga petugas polisi, warga negara Inggris yang bertugas di kepolisian Palestina yang saat itu dikuasai Inggris, juga dirusak.
Keuskupan memperingatkan bahwa penodaan kuburan harus dilihat sebagai peringatan buruk tentang “kebencian terhadap umat Kristen.” "Banyak salib batu yang menjadi sasaran para pengacau, jelas menunjukkan bahwa tindakan kriminal ini dimotivasi oleh kefanatikan agama,” katanya.
Vandalisme ini menuai kecaman internasional yang luas dan diketahui terjadi awal tahun ini.
Pemakaman Protestan di Gunung Zion yang dihormati, tepat di luar tembok Kota Tua Yerusalem, didirikan pada tahun 1848 dan merupakan bagian dari wilayah yang direbut Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Pemakaman ini menampung makam puluhan petugas polisi Palestina yang terbunuh selama Perang Dunia Pertama dan Kedua serta para pemimpin Kristen yang meninggal pada abad ke-19 dan ke-20.
Gunung Sion, dalam tradisi Kristen diasosiasikan dengan tempat Perjamuan Terakhir yang dilakukan Yesus bersama murid-muridnya pada malam sebelum penyalibannya, juga dianggap suci bagi orang Yahudi dan Muslim dan telah menjadi pusat klaim agama yang saling bersaing.
Ekstremis Yahudi telah merusak properti gereja di Gunung Zion dalam beberapa tahun terakhir. Orang-orang Yahudi menganggap Gunung Zion sebagai tempat pemakaman tradisional Raja Daud yang alkitabiah dan beberapa aktivis ultra-Ortodoks dan nasionalis menentang hak berdoa umat Kristen di situs tersebut. Sebuah seminari Yahudi yang dikenal sebagai Diaspora Yeshiva terletak di banyak bangunan di kompleks Gunung Zion.
Sekitar 16.000 umat Kristen tinggal di Yerusalem, sebagian besar adalah warga Palestina. Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang mereka harapkan akan merdeka.
Pada bulan Desember 2021, para pemimpin Kristen di Tanah Suci memperingatkan bahwa komunitas mereka berada di bawah ancaman diusir dari wilayah tersebut oleh kelompok radikal ekstremis Israel, dan menyerukan dialog untuk mempertahankan kehadiran mereka.
Para pemimpin agama dan pemimpin gereja di Yerusalem juga mengeluarkan pernyataan bersama yang memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh kelompok radikal yang mereka katakan bertujuan untuk “mengurangi kehadiran umat Kristen.”
Aktivis ekstremis Yahudi selama bertahun-tahun telah melakukan vandalisme terhadap situs-situs Kristen di Yerusalem dan wilayah lain di Israel, termasuk grafiti kebencian dan pembakaran. Para ekstremis juga menargetkan warga Palestina.
Sumber: viva
Foto: Kuburan yang dirusak oleh remaja Israel/Sumber :Al Monitor