Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri menyarankan sejumlah menteri kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mundur dari jabatannya. Beberapa di antaranya adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
“Ayo kita sama-sama membujuk Sri Mulyani Pak Basuki dan beberapa menteri lagi untuk mundur, itu efeknya akan dahsyat. Secara moral, saya dengar Bu Sri Mulyani yang paling siap mundur. Pramono Anung sudah gagap jadi menteri, dia kan PDIP belain Jokowi melulu pusing,” kata Faisal Basri dalam Political Economic Outlook 2024 yang disiarkan secara virtual, dikutip Selasa (16/1/2023).
“Katanya nunggu momentum, mudah-mudahan momentum ini Inshaallah jadi pemicu yang dahsyat, seperti waktu Pak Ginanjar dan 12 menteri lainnya mundur jaman Pak Harto, karena ini secara moral sudah rontok,” lanjutnya.
Seruan tersebut merupakan sikap yang diberikan lantaran kondisi utang Indonesia yang terus meningkat dan ia menilai pemerintahan Jokowi berpihak pada pasangan calon presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Selain itu, ia juga menilai nantinya jika Prabowo-Gibran terpilih dan melanjutkan kebijakan pemerintahan Jokowi maka utang Indonesia bisa terus naik hingga mencapai Rp16 ribu triliun.
“Teman-teman bisa bayangkan ga kalau kebjakan Jokowi dilanjutkan sama Prabowo-Gibran, bisa Rp16 kuadriliun (dalam) 5 tahun ini (utang Indonesia), karena nggak mau kerja keras,” ucapnya.
Dalam hal tersebut, Faisal menilai bahwa pemerintah saat ini mewariskan beban utang yang begitu banyak kepada generasi selanjutnya. Hal tersebut yang menurutnya seperti dilupakan oleh Jokowi saat ini.
“Yang bayar bukan mereka, karena utangnya 30 tahun 20 tahun 10 tahun yang paling banyak itu. adik-adik kita, anak-anak kita. Jadi nyata-nyata yang dilupakan itu rezim Jokowi ini mewariskan beban yang amat berat buat generasi muda,” katanya.
“Oleh karena itu anda jangan diem, terutama gen z ini. Karena ulah generasi sekarang yang akan dibebankan kepada gen z ini,” lanjut Faisal.
Sebelumnya, ia juga menilai kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang berada di ujung tanduk akibat besarnya utang negara dan berbagai praktik eksploitasi sumber daya alam masih terus dilakukan.
“Pemburukan tadi, politik, indeks demokrasi dan oligarki dan persepsi korupsi itu bersejajaran dengan ekonomi. Tugas saya adalah menunjukan ekonomi juga sudah di ujung tanduk,” ujarnya.
Ia mengklaim, bahwa saat ini utang Indonesia berada di besaran Rp8 kuadriliun dan angka tersebut ia proyeksikan bisa terus naik pada akhir tahun hingga mencapai Rp 8,7 kuadriliun.
“Akhir tahun ini diperkirakan Rp8,7 kuadriliun,” katanya.
Dalam hal eksploitasi sumber daya alam, ia memberikan perhatian pada beberapa komoditas pertambangan, yakni batu bara hingga nikel. Ia mengatakan eksploitasi komoditas tersebut nantinya akan memberikan dampak negatif bagi generasi selanjutnya.
Ia memprediksi bahwa cadangan nikel Indonesia akan habis dalam kurun waktu 13 tahun lagi. Sehingga di masa mendatang, saat zaman mobil dan sepeda motor listrik menjadi alat transportasi utama, baterai yang dipakai dari kendaraan tersebut adalah produk impor.
“Nikel 1,6juta ton, padahal cadangan kita cuman 21 juta ton, jadi 13 tahun lagi habis, kata saya. Namun kata menteri ESDM Faisal salah, 6-11 tahun lagi. Biasanya saya kan terlalu tinggi, tapi ini terlalu cepat, karena saya tidak hitung smelter-smelter nikel yang baru diberikan izinnya,” jelasnya.
Sumber: bloombergtechnoz
Foto: Faisal Basri. (Bloomberg Technoz/Sultan Ibnu Affan)