Demi ambisi melanjutkan dinasti kekuasaannya, Jokowi sudah “kesurupan” dengan menghalalkan segala cara dan melanggar segala hal yang dilarang secara hukum, etika, atau norma-norma agama.
Jokowi terus memaksakan putranya, Gibran, si anak ingusan (nepo baby), plonga-plongo, nir etika, tidak punya kompetensi dan zero prestasi agar memimpin negeri ini. Demi membela Gibran, orang-orang di sekitar Jokowi yang (semula) waras pun tiba-tiba jadi kehilangan akal.
Paslon 02 boleh saja merasa yakin dengan kemenangannya, bahkan mereka sudah menarget menang satu putaran. Perolehan suara sudah dipatok harus 53% (walaupun akhir-akhir ini mulai was-was tidak bakal tercapai). Lembaga-lembaga survey bayaran pun sudah disetting untuk memenangkan paslon 02.
Tapi Itu kan baru syahwat Jokowi dan para oligarki taipan yang ingin memperpanjang hegemoninya di Indonesia. Sedangkan Republik ini bukan milik mereka, tapi milik rakyat. Kedaulatan berada di tangan rakyat. Yang berhak menentukan masa depan bangsa dan negara itu rakyat, bukan penguasa.
Seorang pemimpin itu pengemban amanah Allah dan amanah rakyat, oleh karena itu harus punya legitimasi dari rakyat dan ditakdirkan Allah.
Ketika kedzaliman Jokowi sudah melampaui batas sedangkan rakyat tidak berdaya untuk mencegahnya, maka pasti Allah yang akan menyelesaikannya. Dan Jokowi itu sudah sangat ugal-ugalan dan melampaui batas, pasti Allah yang akan membereskannya.
Selama berkuasa, Jokowi telah menghancurkan seluruh tatanan bernegara, termasuk ketidakadilan dalam memperlakukan TNI dan POLRI. POLRI diberikan kewenangan dan persenjataan super istimewa, sedangkan TNI dikerdilkan sehingga tidak lagi berwibawa. Kedua institusi ini selama rezim Jokowi terus dibenturkan dengan rakyat sehingga TNI-POLRI mulai dimusuhi rakyat.
TNI selama rezim Jokowi berkuasa terus diobok-obok sehingga telah kehilangan jati dirinya sebagai pasukan elit berwibawa yang selalu mengayomi rakyat dan menjadi garda terdepan menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Seolah menjadi sebuah kesengajaan, TNI-POLRI terus dibentur-benturkan baik antara satu kesatuan dengan kesatuan yang lain, maupun antara TNI-POLRI dengan rakyat.
Selama hampir 10 tahun citra TNI-POLRI di mata rakyat telah jatuh serendah-rendahnya. Bahkan seolah TNI-POLRI mulai menjadi “musuh” rakyat. Ini sangat memprihatinkan mengingat TNI-POLRI adalah anak kandung rakyat tapi telah membuat gap dengan rakyat
Dalam sejarahnya, TNI (yang telah tiga kali berganti nama: BKR, TKR, TRI) betul-betul lahir dari rahim rakyat. Oleh karena itu, selama ini rakyat dan TNI menjadi dwi tunggal, saling bahu membahu dan kuat menguatkan. Tanpa rakyat, TNI tidak ada artinya sama sekali.
Tahun 2024 dipastikan Jokowi lengser keprabon, dan Prabowo dipastikan kalah. Ini bukan asbun, tapi berdasarkan tiga parameter berikut :
Pertama, Merupakan kehendak sejarah
Tahun 2024 adalah tahun perubahan. Takdir Allah menghendaki demikian. Sesempurna apa pun makar Jokowi dan oligarki taipan, tidak akan bisa mengalahkan makar Allah. Berita tentang tahun 2024 sudah banyak disampaikan oleh para ulama dunia.
Kedua, Hasil-hasil survey lembaga survey bayaran semuanya palsu dan rekayasa.
Apalagi jika menyatakan paslon 02 bisa menang 1 putaran, itu hanya mimpi dan halusinasi. Jika mau hitung-hitungan : berapa suara asli Gerindra, ketika 70%-nya sudah berpindah mendukung Anies. Adapun partai-partai pendukung Koalisi Indonesia Maju semuanya membawa gerbong kosong, kecuali sebagian kecil saja yang masih mau mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Di lapangan, 83% rakyat menginginkan perubahan.
Ketiga, Jika skenario Jokowi untuk menjegal Anies mulus, sebenarnya dari awal Anies itu sudah tereliminasi
Kata Jend. Fachrurazi yang diberitahu oleh Luhut, skenario Jokowi itu hanya dua paslon : Prabowo dan Ganjar tanpa Anies. Tapi, sudah 10 kali upaya penjegalan Anies tapi gagal. Tidak mungkin upaya penggagalan yang ke-11 (dengan ikut cawe-cawe-nya Jokowi) bakan menggagalkan Anies. Semua kegagalan Jokowi dalam menjegal Anies itu bukan di tangan manusia, tapi itu perbuatan Allah.
Jika para pimpinan TNI-POLRI tidak segera putar haluan dan kembali ke jati dirinya, dipastikan mereka akan bersama-sama para pejabat durjana bakal bernasib sangat tragis. Tidak ada yang bisa melawan kekuatan Allah.
Curang atau tidak curang Anies dipastikan menang dengan pertolongan Allah. Kemenangan Anies akan mengulang sukses ketika Pilkada DKI tahun 2017. Tantangannya hampir sama.
Akan lebih indah jika TNI-POLRI bisa membaca gelombang besar arus bawah yang menghendaki perubahan dan TNI-POLRI berkomitmen menjamin Pemilu berlangsung jurdil sehingga pemimpin yang terpilih nanti betul-betul pemimpin yang _legitimated_ sehingga dukungan rakyat bisa sepenuhnya.
Jika TNI-POLRI kembali ke jati dirinya, ditunjang dengan pemimpin yang kuat dan berwibawa, maka Indonesia akan kembali menjadi negara yang bukan sekedar penonton dan peserta dalam percaturan dunia, tapi akan banyak berperan dalam mewarnai tatanan dunia menuju dunia yang lebih adil, merdeka, saling bahu-membahu dalam membangun kemajuan bangsa dan negara.
Jika Anies menjadi Presiden, Indonesia akan menjadi negara yang maju, kuat, berwibawa, adil, makmur dan rakyatnya sejahtera.
Tahun 2024 adalah satu-satunya momentum perubahan menuju Indonesia emas.
Semoga Allah memberikan kekuatan dan pertolongan kepada bangsa Indonesia yang tengah berjuang melawan kedzaliman dan tirani.
Bandung, 14 Rajab 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.