Anggota DPD RI dari Bali, Arya Wedakarna, kerap membuat kontroversi lewat sikap dan ucapannya, tapi terus melenggang sebagai senator. Melihat hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin melihat Arya sudah memiliki loyalis sendiri yang memang berasal dari daerah asalnya.
"Kalau kita lihat, misalkan kenapa dia terpilih lagi, gitu, ya. Ya, karena memang masyarakat Bali mayoritas non-Muslim, jadi dia punya pemilih loyalitas sendiri dari katakanlah kalangan kelompoknya gitu," ucap Ujang kepada Republika, Selasa (2/1/2024).
Karena itu, kata dia, ketika terjadi kontroversi terkait hijab, yang tidak menyinggung langsung ke mayoritas pemilihnya di Bali, yang mana bukan non-Muslim, maka hal itu tidak begitu memengaruhinya. Beda hal apabila Arya berasal dari daerah dengan masyarakatnya mayoritas memeluk agama Islam.
"Karena di Bali harus kita hormati, ya, berpemeluk agama lain begitu. Jadi, saya melihat kalau itu terjadi di wilayah Muslim, kemungkinan dia tidak terpilih," ujar dia.
Senator Bali Arya Wedakarna yang terpilih sejak 2014 menjadi sorotan setelah viral potongan video dirinya menyinggung soal jilbab dikenakan oleh wanita Muslim. Video tersebut menjadi kontroversial dan menuai kecaman dari para warganet.
Dalam video tersebut, Arya mengatakan tidak ingin ada wanita di bagian frontline yang menggunakan penutup kepala di Bali. Dia ingin wanita yang ada di garis depan itu terbuka rambutnya karena Bali bukanlah Timur Tengah.
"Saya gak mau yang frontline, frontline itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pakai apa kek," ucap Arya dikutip Republika.co.id di Jakarta, Senin (1/1/2024).
Dalam catatan Republika.co.id, sosok Arya memang lekat dengan kontroversi. Meski begitu, ia cukup populer dan disenangi masyarakat Pulau Dewata hingga dua kali terpilih sebagai anggota DPD dari Bali periode 2014-2019 dan 2019-2024. Berikut beberapa rangkuman atas laporan yang dialamatkan kepada Arya yang ketika remaja pernah menjadi cover boy majalah anak muda dan vokalis tersebut.
- Ketua DPP PKB Muhammad Lukman Edy pada 12 Desember 2017 melaporkan Arya ke BK DPD dan kepolisian lantaran diduga melakukan provokasi terkait ceramah Ustadz Abdul Somad. Arya memprovokasi anggota sebuah ormas di Bali untuk menolak kedatangan UAS hingga berusaha memasuki hotel. Namun, ia saat itu membantah ikut terlibat dalam intimidasi penolakan kedatangan UAS.
- Aliansi Masyarakat Peduli Bali pernah melaporkan Arya ke Polda Bali pada 21 Januari 2020. Hal itu lantaran Arya dianggap melakukan dugaan pelecehan terhadap sulinggih (pendeta Hindu) dan memalsukan identitas karena mengaku sebagai Raja Majapahit. I Gusti Agung Ngurah Nyoman Juniartha dan Ida Bagus Susena mempertanyakan keturunan Raja Majapahit dan doa buruk yang diucapkan Arya, hingga harus dilaporkan ke kepolisian.
"AWK dalam videonya yang beredar luas mendoakan agar para sulinggih yang tak benar supaya cepat mati," kata Ngurah Arta kepada wartawan saat ditemui di Markas Polda Bali kala itu.
Pada 30 Oktober 2020, Arya kembali dilaporkan ke Polda Bali oleh tetua (pinisepuh) Perguruan Sandhi Murti, yaitu I Gusti Ngurah Harta. Warga dari Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, itu melaporkan Arya atas dugaan penodaan agama Hindu.
Pada 30 Juli 2023, Arya mendapat sorotan saat ikut menanggapi langkah pengelola Baso A Fung di Bandara I Gusti Ngurah Rai yang merusak mangkuk dan piring. Hal itu imbas selebgram Jovi Adhiguna yang mengaku makan menggunakan kerupuk babi kala memesan makanan di kedai Baso A Fung.
Sumber: republika
Foto: Anggota DPD RI dari Bali, Arya Wedakarna/Net