Politik Itu Seni: Seni Berbohong -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Politik Itu Seni: Seni Berbohong

Rabu, 24 Januari 2024 | Januari 24, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-24T02:08:41Z

Politik itu seni. Seni bagaimana meraih atau merebut kekuasaan.Karna politik itu seni tentu setiap aktor politik punya caranya sendiri. Dan semua aktor politik tentunya ingin nampakan kesempurnaan didepan publik.Tujuannya jelas untuk mempengaruhi publik meraih simpati publik seluas – luasnya.

Setiap aktor politik dalam seni kekuasaan adalah pemain watak. Watak aslinya jelas tidak mungkin ditampilkan harus tersembunyi dalam balutan kesempurnaan. Itulah mengapa pada akhirnya setelah kekuasaan itu diraihnya watak asli seorang aktor politik itu muncul kepermukaan.

Apakah aktor politik merupakan orang yang munafik meminjam istilah definisi agama. Tentu hampir merata prilaku semua aktor politik dalam seni kekuasaan meminjam istilah agama adalah wajah kemunafikan. Jadi jangan terlalu menyanjung aktor politik terlalu berlebih – lebihan.

Mengagumi karna keimanannya, mengagumi karna kecerdasannya, mengagumi karna tutur katanya, mengagumi karna kesholehannya. Bisa jadi Itu semua pada akhirnya akan membuat satu kekecewaan yang teramat dalam.Ingat dunia politik panggung politik yang dimainkan oleh aktor politik bukanlah cerminan watak aslinya yang sesungguhnya.

Maka dalam memaknai pilpres 2024 cukup menempatkan semua calon pada struktur wajah “kemunafikan” tujuannya untuk mempersiapkan mental agar tidak mengalami satu kekecewaan yang berlebihan. Kekecewaan itu sungguh menyakitkan.

Harus dipahami apa yang kita dukung kita pilih 2024 mereka itu bukanlah risalah sebagai pembawa “kitab suci” kebenaran. Mereka sedang berbohong untuk mencapai impian kebanggan untuk dirinya mereka sendiri. Lalu apa yang kita dapat ketika memberi pujian dan sanjungan yang berlebihan..?

Saya pribadi jika ditanya pilpres 2024 pilih siapa. Prabowo, Anies atau Ganjar. Dalam batasan subyektif personaliti dalam perspektif wajah kemunafikan, saya cenderung memilih Prabowo. Tingkat kemunafikannya sepertinya paling rendah.

Walaupun hingga saat ini belum pernah ada studi yang ilmiah dilakukan oleh lembaga survei, tingkat kemunafikan paling tinggi di antara para capres itu siapa, yang ada hanya tingkat elaktabilitas capres tertinggi untuk terpilih 2024.

Oleh: Ahmad Basri
Alumni UMY

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
×
Berita Terbaru Update
close