Prabowo Subianto, Legenda Sumpah Serapah ‘Si Pahit Lidah’ Gus Miftah -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Prabowo Subianto, Legenda Sumpah Serapah ‘Si Pahit Lidah’ Gus Miftah

Jumat, 12 Januari 2024 | Januari 12, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-12T02:10:05Z

“Wong kalah ngakoni kalah iku legowo. Wong kalah ora ngaku kalah, iku jumowo. WONG KALAH NGAKUNE MENANG, IKU PRABOWO” [Gus Miftah, Pilpres 2019]

Dulu, waktu Pilpres 2019 Gus Miftah mendukung Jokowi. Saat itu, Gus Miftah mengolok-olok Prabowo sebagai orang kalah yang tetap ngotot mengklaim menang.

Sekarang, Gus Miftah menjadi pendukung Prabowo. Prabowo juga didukung Jokowi. Entahlah, apakah Gus Miftah punya malu, dan merasa malu dulu pernah mengolok olok Prabowo tapi sekarang menjadi pendukungnya.

Sekarang, belum juga dilakukan Pemilu, belum juga penghitungan suara, pendukung Prabowo merasa menang. Ada yang klaim satu putaran, dengan suara diatas 60 %.

Kalau Gus Miftah masih konsisten seperti dulu, mungkin dia akan katakan:

Wong kalah ngakoni kalah iku legowo. Wong kalah ora ngaku kalah, iku jumowo. URUNG GELUT NGAKUNE MENANG, IKU PRABOWO”

[Jawa: orang kalah mengakui kekalahan, itu legowo. Orang kalah ga mau ngakui kalah, itu jumawa. Orang belum bertanding sudah ngaku menang, itu Prabowo].

Bisa saja, ucapan Gus Miftah pada tahun 2019 lalu, akan menjadi sumpah serapah si pahit lidah. Bisa jadi, Prabowo mendapat kutukan dari Gus Miftah, akan kembali kalah dalam Pilpres 2024.

Gus Miftah, kelak akan mengatakan bahwa apa yang dialami Prabowo adalah sudah suratan nasibnya. Takdir Prabowo adalah kalah dalam Pilpres.

Tapi setidaknya, Prabowo sudah dicatat dengan tinta emas sejarah bangsa Indonesia, pernah menjadi Capres 3 kali. 

Dalam setiap pidato politik, Prabowo bisa bertindak dengan ungkapan ‘saya adalah capres tiga kali Indonesia’, atau ‘saya bicara atas nama capres Indonesia’.

Entahlah, dalam sistem demokrasi tidak ada konsistensi. Tokoh agama pun, menjadi labil jika sudah bersentuhan dengan politik.

Pragmatisme, menjadi asas utamanya. Sehingga, nyaris mustahil menemukan tokoh yang konsisten dalam politik. Semua serba pragmatis. ***

Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
×
Berita Terbaru Update
close