Pada tahun 1969, ketika dilaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat di Irian Barat, Soeharto melalui Ali Moertopo memerintahkan Operasi Khusus untuk memenangkan Pepera melalui berbagai cara.
Ia memanfaatkan perwira intelijen seperti Letkol Ngaeran, Letkol P Soedarto, dan Letkol Soegianto untuk menggerakkan mahasiswa dan pemuda dari Jawa yang disusun mirip peace corps, guna mengajak rakyat Papua untuk bergabung dengan Republik Indonesia.
Masyarakat Papua dimobilisasi melalui seruan nasionalisme dan janji-janji yang menarik.
Operasi ini mencapai hasil yang positif, karena akhirnya Papua menyatakan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Diketahui, Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) adalah pemilihan umum yang diadakan pada 14 Juli hingga 2 Agustus 1969.
Tujuan Pepera yaitu untuk menentukan status daerah bagian Papua Barat, apakah akan dimiliki Indonesia atau Belanda. Berdasarkan hasil Pepera, sebanyak 1.025 laki-laki dan perempuan yang diseleksi militer Indonesia secara aklamasi memilih bergabung dengan Indonesia.
Hasil tersebut kemudian diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Sidang Majelis Umum PBB.
Atas anjuran PBB, pemerintah harus melaksanakan Pepera setelah penyerahan wilayah Irian Barat.
Tindakan tersebut dilakukan untuk memberi kesempatan kepada Irian Barat menentukan nasib sendiri.
Latar Belakang diberlakukannya Pepera 1969 diawali dengan adanya konflik mengenai status Papua Barat yang akan dimiliki oleh Indonesia atau Belanda.
Pepera 1969 menjadi salah satu bagian dari perjanjian New York. Perjanjian New York diprakarsai oleh Amerika Serikat tahun 1962 untuk pemindahan kekuasaan atas Papua Barat dari Belanda kepada Indonesia.
Pepera 1969 kemudian dicetus untuk mengetahui suara rakyat Papua Barat, apakah mereka ingin bergabung dengan Indonesia atau tidak.***
Sumber: pojoksatu
Foto: Ali Moertopo dan Soeharto. (kolase tangkapan layar youtube Pojok History dan instagram @jejaksoeharto)