Kesan ikut campur Presiden Joko Widodo dalam kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024, berakibat pada aksi tak memilih pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Seruan menolak calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2 itu disampaikan Alumni Perguruan Muhammadiyah, melalui petisi yang disampaikan kepada wartawan, Sabtu (3/2).
"Pemilu 2024 berada dalam situasi politik yang sedang tidak baik-baik saja. Pemilu sebagai jalan demokratis untuk menjaring pemimpin bangsa mengalami ancaman yang sangat serius," ujar Koordinator Nasional Alumni Perguruan Muhammadiyah Hardiansyah.
Dia menjelaskan, Presiden Joko Widodo dengan sengaja terlihat ikut cawe-cawe dalam proses politik, hingga berupaya memenangkan anaknya Gibran yang berpasangan dengan Prabowo.
"Ini melalui indikasi pengerahan aparatur dan infrastruktur negara serta indikasi politisasi bantuan sosial untuk masyarakat," sambungnya menjelaskan.
Akibat dari cawe-cawe Jokowi tersebut, Hardiansyah menilai Prabowo masuk dalam desain kerakusan kekuasaan.
"Demikian juga Prabowo Subianto, dengan menerima Gibran anak Jokowi sebagai cawapres, menunjukkan Prabowo adalah seorang pemburu kekuasaan," tuturnya.
Oleh karena itu, Alumni Perguruan Muhammadiyah (APM) memandang pasangan Prabowo-Gibran tidak layak dipilih oleh masyarakat.
"Meminta kepada seluruh warga dan simpatisan Muhammadiyah, pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya untuk menghapus pasangan Prabowo-Gibran dari opsi pilihannya pada Pilpres tanggal 14 Februari 2024," demikian Hardiansyah.
Sumber: rmol
Foto: Koordinator Nasional APM Hardiansyah, dalam konferensi pers, Jumat, 2 Februari 2024/Net