Pengajian yang menghadirkan Ustaz Syafiq Riza Basalamah di Surabaya pada Kamis (22/3) menjadi polemik. Pasalnya beredar kabar kelompok GP Ansor setempat melakukan pembubaran. Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin memberikan penjelasan duduk perkara kejadian di Kota Pahlawan itu.
Addin mengatakan, GP Ansor tidak memiliki budaya atau DNA membubarkan pengajian. Menurut dia, yang terjadi di lapangan merupakan imbas karena pengajian tidak dijalankan sesuai kesepakatan. Selain itu justru ada kader GP Ansor yang menjadi korban kekerasan pada malam itu.
"Yang terjadi adalah sikap tegas kader GP Ansor terhadap gerakan intoleransi atas nama pengajian yang isinya adalah menyerang dan menistakan ajaran dan amaliyah warga Nahdliyin," jelas Addin di Jakarta pada Jumat (23/2).
Penyataan tegas tersebut, merespon kekisruhan yang terjadi di Surabaya akibat sekelompok pengajian mendatangkan penceramah yang cenderung menista ajaran dan amaliah Nahdlatul Ulama.
Ditambah lagi, pengajian tersebut dilakukan di tengah-tengah penduduk yang mayoritas amaliahnya berpegang pada ajaran NU. "Kader-kader Ansor dan Banser selama ini tugasnya mengawal pengajian. Kami komitmen akan hal itu," terang Addin.
Meskipun begitu mereka tegas dan tidak mundur selangkah pun terhadap pengajian-pengajian yang merongrong identitas kebangsaan Indonesia. Termasuk yang bermuatan ajaran intoleran, membangun narasi radikal, serta menghujat amaliyah NU. Apalagi mau mengubah sistem negara.
Addin mengatakan, mereka sudah menerjunkan tim untuk investigasi. Setelah pihaknya menurunkan tim investigasi ke lapangan menemukan sejumlah kejadian yang merugikan pihak Ansor. Yakni pengingkaran terhadap komitmen yang sudah disepakati kedua belah pihak.
“Terjadi pengingkaran atas kesepakatan yang sudah dilakukan kedua belah pihak. Bahwa panitia tidak akan mendatangkan Syafiq Riza Basalamah, tetapi di lapangan itu berbeda,” imbuhnya.
Proses tabayun yang sudah dilakukan Ansor setempat justeru mendapatkan perlawanan keras dari pihak penyelenggara. Terdapat kader Ansor yang dipukuli oleh oknum tertentu yang akhirnya membuat suasana bertambah keruh.
“Kendati kami dirugikan secara fisik, dan tentu saja juga penistaan terhadap amaliah NU, kami tetapi meminta kepada seluruh kader, utamanya di Surabaya, agar tidak terprovokasi dan menunggu komando dari pimpinan pusat,” sambungnya.
Addin juga meminta agar kader Ansor melakukan pengawalan terhadap kader yang ditimpa kekerasan melalui jalur penegakan hukum. Kemudian memerintahkan kepada Ketua PAC Gunung Anyar dan PC GP Ansor Surabaya untuk mengawal tindakan kekerasan dan pemukulan terhadap kader Ansor untuk dilokalisir dalam ranah penegakan hukum.
Sumber: jawapos
Foto: Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin.