Pegiat media sosial Denny Siregar mengungkapkan bahwa pertemanan antara calon presiden (capres) nomor urut dua dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak bersifat permanen.
Pasalnya Prabowo Subianto dan Jokowi akan memulai pertarungan setelah kebutuhan mereka tercapai, serta lawan bersama telah tersingkirkan, sehingga pertemanan keduanya hanya murni untuk mencapai tujuan bersama.
"Pertemanan Prabowo dan Jokowi itu sifatnya tidak permanen. Mereka hanya saling membutuhkan. Ketika kebutuhan itu sudah tercapai, ketika lawan bersama sudah disingkirkan, maka pertarungan keduanya akan dimulai..," ucapnya, dikutip populis.id dari akun X pribadinya, Senin (26/2).
Sebelumnya, peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor menilai menilai Prabowo Subianto ingin membangun kekuatan penyeimbang untuk membendung pengaruh politik dari luar, termasuk Presiden Jokowi terkait seringnya bertemu Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
”Ada tendensi Prabowo sedang membangun balance of power (keseimbangan kekuasaan) di dalam kubu pengusungnya. Hal itu penting supaya dia benar-benar bisa menjadi leader (pemimpin) ketimbang hanya pelaksana keinginan Jokowi," kata Firman, Minggu (25/2), dikutip dari Kompas TV.
Untuk diketahui, Prabowo Subianto telah menemui SBY sebanyak dua kali dalam sepekan terakhir. Pertama pada 17 Februari 2024 di Museum dan Galeri SBY-Ani Yudhoyono di Pacitan, dan terbaru di kediaman SBY, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, akhir pekan lalu, Sabtu (24/2).
Firman mengatakan pengaruh Jokowi tidak hanya dalam mewujudkan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres, namun juga terkait dengan keberadaan parpol pengusung paslon nomor urut dua itu yang juga merupakan bagian dari koalisi pemerintah.
Demokrat menjadi parpol terakhir yang bergabung dalam pemerintah dengan masuknya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN).
Prabowo dinilai lebih mudah mendekati Demokrat yang menjadi oposisi selama hampir dua periode, dan juga pengaruh Jokowi lebih kuat pada parpol-parpol lain di dalam pemerintah seperti Golkar dan PAN.
"Prabowo sebagai orang yang (akan) berkuasa harus punya kaki di mana-mana, sehingga dia akan muncul sebagai kekuatan politik utama dan punya bargaining position,” kata Firman.
Sumber: populis
Foto: Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Net