Bukan hal yang mengagetkan ketika ada partai politik (parpol) koalisi lain disebut akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nantinya. Mengingat basis koalisi di Indonesia orientasinya adalah kekuasaan, bukan ideologi.
Hal itu disampaikan pengamat politik sekaligus peneliti Exposit Strategic, Arif Susanto menanggapi pernyataan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Habiburokhman yang menyebut bahwa ada parpol koalisi lain yang akan bergabung dengan Prabowo-Gibran.
"Kalau sekarang muncul keyakinan dari tim Prabowo bahwa akan ada partai yang bergabung dengan koalisi mereka, ya bagi saya itu tidak mengagetkan," kata Arif kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (23/2).
Karena, menurut Arif, kondisi saat ini semacam adanya kekaburan antara koalisi pemerintahan Joko Widodo dengan koalisi Prabowo-Gibran.
"Kalau kita bicara tentang koalisinya Prabowo, ya tentu koalisi 01 dan 03 tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kenyataannya mereka semua tergabung dalam koalisinya Jokowi yang sekarang masih memerintah, dan di sisi lain juga Prabowo juga sudah menegaskan bahwa pemerintahannya adalah keberlanjutan dari pemerintahan sekarang," jelas Arif.
Apalagi kata Arif, saat ini Partai Demokrat juga bergabung ke dalam koalisinya Jokowi. Hal itu membuat kekaburan batas antara koalisi dan oposisi.
"Basis koalisi di Indonesia itu mayoritas memang adalah orientasi pada kekuasaan. Nyaris tidak ada kerja sama atau koalisi antar partai yang berbasis ideologi," kata Arif.
Nah keuntungannya adalah ini membuat partai-partai menjadi lebih fleksibel untuk bekerja sama. Tapi kekurangannya adalah bahwa, partai-partai itu dapat dengan mudah berayun dari seteru menjadi sekutu, atau sekutu menjadi seteru, itu mudah sekali ayunan itu tadi," sambungnya.
Sumber: rmol
Foto: Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka/Ist