AHY mensyukuri hengkangnya Demokrat dari Koalisi Perubahan, dan mengkritik Partai-partai Koalisi Perubahan. Padahal faktanya, suara Demokrat turun dengan keluarnya dari koalisi Perubahan, justru Partai-partai Koalisi Perubahan rata-rata naik suaranya.
Ini data Perolehan Suara Partai antara tahun 2019 ke 2024 ;
1. Nasdem (naik)
2019 : 12.661.792 (9,05%) ; 59 kursi
2024 : 14.660.516 suara (9,65%) : 69 kursi
2. PKS (naik)
2019 : 11.493.663 (8,21%) : 50 kursi
2024 : 12.781.353 suara (8,42%) :. 53 kursi
3. PKB (naik)
2019 : 13.570.097 (9,69%) : 58 kursi
2024 : 16.115.655 suara (10,61%) : 68 kursi
4. Demokrat (turun %nya)
2019 :10.876.507 (7,77%) : 54 kursi
2024 :11.283.160 suara (7,43%) : 44 kursi
Apakah AHY sedang ingin meluapkan rasa dendamnya kepada Anies, atau sudah “kesirep’ oleh daya magis Jokowi
Ketika baru dapat posisi Menteri (ATR/BPN) hanya untuk jangka waktu 6 bulan, AHY memuji-muji Jokowi.
Benarkah AHY sudah kesirep Jokowi.
Siapa sangka Partai Demokrat yang selama 9,5 tahun rajin menjadi pengkritik keras Jokowi, tiba-tiba baru sehari mendapat posisi Menteri AHY bahagianya luar biasa dan langsung berubah haluan dan pasang badan untuk Jokowi.
Nampaknya memang baru kali ini AHY menduduki jabatan di Pemerintahan. Wajar kalau kegembiraannya telah melupakan semua idealisme dan keteguhan prinsip-prinsip demokrasi.
Padahal antara SBY, ayahnya dengan Jokowi memiliki pandangan yang bertolak belakang. SBY selama 10 tahun memimpin Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip demokrasi, sedangkan Jokowi adalah perusak demokrasi dan sedang membangun politik dinasti ala kerajaan.
Bukan saja rakyat yang menjadi bingung atas perubahan mendadak dan frontal Partai Demokrat, tapi para kader Demokrat sendiri juga pada bingung sehingga mereka memutuskan berganti haluan mendukung arus perubahan.
Sebegitu ngebetnya AHY terhadap sebuah jabatan, sampai harga diri partai dikorbankan ?
SBY awalnya kecewa kalau AHY batal jadi Cawapres Anies, tapi akhirnya menyatakan mensyukuri AHY tidak jadi Cawapres, katanya telah diberi petunjuk Allah. Benarkah ?
Bagaimana mungkin SBY akan membela anaknya yang menjadi pengikut Jokowi yang secara pandangan dan perilakunya justru bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup yang diajarkan SBY kepada AHY.
Saat ini Jokowi telah jadi musuh bukan saja bagi seluruh rakyat Indonesia, tetapi juga bagi dunia, karena Jokowi sedang menghancurkan prinsip-prinsip demokrasi dan menjatuhkan Indonesia ke dasar jurang.
Sekarang sudah terbuka kedok Demokrat bergabung dengan koalisi perubahan, ternyata bukan benar-benar ingin memperbaiki bangsa dan negara ini, tapi sekedar mengejar jabatan wapres.
Sebenarnya yang dapat hidayah itu SBY karena AHY bisa gabung Jokowi, atau justru Anies yang dipisahkan dari SBY yang terus menyandera koalisi perubahan ?
Ke depan kita akan lihat : seberapa tahan AHY bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Jika AHY terus di jalan yang lurus _(right track)_ dan jujur, hampir dipastikan tidak akan bertahan lama, seperti nasib Menteri- menteri lurus sebelumnya yang diberhentikan Jokowi : *Anies, Susy P,, Rizal Ramli, Sudirman Said, Fachrurrazi, Tom Lembong, dll* Kalau mau bertahan bersama Jokowi, jadilah penjahat dulu baru akan terpakai.
Waspada, sebentar lagi Jokowi akan membuat jebakan korupsi sehingga hidupnya terus jadi “budak” Jokowi, seperti yang dialami oleh AH, ZH, PS, dll.
Semua tokoh vokal pengkritik Jokowi, begitu masuk istana Jokowi, langsung kesirep menjadi pembela Jokowi. Tengok saja ada nama NGBLN, FH, YIM, SU, dan sekarang bertambah lagi dengan masuknya AHY
Prinsip hidup itu untuk kebenaran dan membela negara dan bangsa, bukan mengabdi pada rezim zalim, apalagi kepada oligarki taipan dan (penjajah) China. Mereka semua adalah musuh-musuh rakyat Indonesia.
Bandung, 14 Ramadhan 1445
Oleh: Sholihin MS
Pemerhati Sosial dan Politik
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.