Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi turut menyoroti ledakan suara PSI yang dinilai tidak wajar. Ia menilai ledakan suara tak lazim ini bukan hanya dialami PSI, tapi juga Partai Gelora.
"Ternyata bukan hanya PSI, tapi juga Gelora yang mengalami penambahan suara tak wajar," tulisnya di akun X, seperti dilihat Sabtu (2/3/2024).
Atas kondisi kenaikan suara PSI dan Gelora yang secara tiba-tiba, Burhanuddin lalu mencolek sikap partai politik lain.
"Bagaimana sikap partai-partai lain? Kayak adem-adem aja," ungkapnya.
Dalam cuitan lainnya, Burhanuddin menyampaikan kalau PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dengan partai-partai lain, tak seperti PSI yang meledak tiba-tiba.
"Sementara perolehan suara PSI 'meledak' hanya dlm beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini," tulis Burhanuddin.
Pernyataan Burhanuddin ditanggapi kader PSI Dedek Prayudi. Dirinya menyampaikan lonjakan suara dalam satu waktu merupakan hal yang wajar.
"Sirekap itu kan bukan sampling, Prof. Dia real count. Sehingga data masuk memang gak perlu 'proporsional'. Ada dapil yang sudah terhitung sampai 73 persen, ada yang baru 21 persen & presentase data masuknya gak ngikutin pembobotan jumlah penduduk. Lonjakan dalam satu waktu menjadi wajar," balasnya.
Untuk diketahui, bila merujuk hasil quick count sebelumnya, PSI hanya mendapat suara kurang dari ambang batas yang ditentukan yaitu 4 persen. Bila hal ini benar terjadi otomatis PSI terancam tak lolos mendapat kursi di Senayan.
Namun, berdasar Real Count Pemilu Legislatif (Pileg) KPU hingga Sabtu (2/3/2024), suara PSI melesat sampai ke 3 persen lebih.
Sumber: suara
Foto: Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi. (Suara.com/Ria Rizki)