Film Kiblat garapan rumah produksi Leo Pictures menuai kontroversi. Ketua
Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis meminta agar film Kiblat
ini tidak diputar di bioskop.
Film ini pun juga ditanggapi oleh Ustaz Adi Hidayat. Menurutnya, menyajikan
konten harus mengandung nilai etis, mengandung moral yang mengarahkan
kebaikan bukan sekedar mencari peminat.
Menurutnya, sah-sah saja membuat judul yang menarik perhatian. Namun, tidak
menjadi sah jika bertentangan dengan nilai moral yang telah mengakar di
masyarakat.
“Sah-sah saja membuat sebuah judul yang menarik perhatian.Tapi menjadi tidak
sah itu dilakukan jika bertentangan, baik dengan nilai moral yang telah
mengakar di masyarakat apalagi nilai keyakinan keyakinan tertentu,” ujarnya,
dikutip dari unggahan akun TikToknya, Selasa 26 Maret 2024.
“Untuk itu barangkali kita dengan segala hormat mendoakan kepada semua
pegiat seni siapapun para artis dan lain sebagainya mudah-mudahan selalu
sehat, sutadaranya mendapatkan ide-ide yang baik, brilian. Kalau ada konten
yang baik lebih bagus disajikan toh masyarakat Indonesia cukup banyak
ratusan juta kalau semuanya kontennya baik kan tidak ada peluang melihat
yang tidak baik ya,” lanjutnya.
Ia meminta untuk para pegiat seni untuk membuat konten yang baik, yang bisa
disajikan kepada masyarakat. Dengan demikian, tentu akan laku jika dikemas
dengan bagus.
“Dan tentunya Insyaallah akan laku juga kalau itu disajikan dengan cara yang
bagus memikat dan baik. Jika ada yang baik kenapa harus menyajikan yang
kurang baik, jika ada yang saleh kenapa mesti memilih yang salah,”
pungkasnya.
Memang film kiblat ini belum tayang dan baru trilernya saja yang sudah di
publish.
Ustaz Adi Hidayat memberi saran jika seharusnya untuk promosi juga harus
dilakukan dengan cara baik.
Tidak perlu membuat tema yang sudah akrab di telinga masyarakat, namun
isinya bertabrakan dengan pemahaman.
“Tidak harus kemudian berkata, wah ini kan belum lihat saja isinya ya,
bagus-bagus saja ya hal demikian. Tapi akan lebih bagus bila promosinya pun
dilakukan dengan cara yang baik,” pungkasnya.
“Tidak perlu kita membuat sebuah tema yang rasa-rasanya akrab di telinga
kalangan tertentu, masyarakat tertentu atau nilai religiusitas tertentu,
tapi ternyata hal yang demikian sajiannya bertabrakan dengan pemahaman yang
telah jamak dimengerti,” imbuhnya.
Poster film kiblat dirasa menimbulkan kontroversi. Meski begitu, ia tetap
mendukung para pegiat seni untuk berkarya.
Tanggapannya itu bukan untuk menjelekkan, namun mendorong para pegiat seni
untuk membuat film yang bagus.
Jika membuat film soal agama seperti film Kiblat, kata ustaz Adi, bisa
berkonsultasi dengan para ulama MUI. Apabila sutradara bisa mengemas dengan
baik, maka fillm itu akan membawa manfaat.
“Kita men-support bahkan kita dorong, ayo support teman-teman pegiat seni
bikin film-film yang bagus. Konsultasilah kepada para ulama di MUI, itu
karena bagian dakwah. Ada Kiai Kholil, kemudian Khalil Nafis ada beberapa
yang lain juga yang hebat-hebat ada teman-teman yang pakar di bidang sejarah
kan teman-teman mau bikin film tentang sejarah bagus,” jelasnya.
“Ada tema-tema tafsir yang bisa dikeluarkan juga jadi sebuah cerita. Kalau
dikonsultasikan ya sutadaranya bisa ngemas dengan bagus jadi film yang
dinikmati ya orang mendapatkan manfaat ya kemudian juga teman-teman di
pegiat seninya mendapatkan manfaat, dan sama-sama belajar dalam kebaikan,”
kata ustaz Adi menambahkan.
@ustadz.adi.hidayat.unoff Tanggapan uah tentang film yang akhir akhir ini viral #kiblat #filmindonesia ♬ suara asli - Kajian Ustadz Adi Hidayat
Sumber:
viva
Foto: Ustaz Adi Hidayat/Net