Seakan tak habis-habis kasus perundungan dan penganiayaan yang dilakukan di pesantren hingga menyebabkan seorang santri meninggal dunia.
Peristiwa ini diketahui terjadi di Pondok Pesantren Tahfidzhul Quran Al-Imam Ashim, Makassar, korban berusia 14 tahun, dan pelaku diketahui berusia 15 tahun.
Dilansir Kilat.com dari X @riansayzn, yang mendapat 12.000 postingan ulang 43.000 pengguna menyukai. Kronologi kejadian tersebut dijelaskan oleh salah satu kerabat korban melalui direct message.
Awalnya korban dan pelaku sedang berada di perpustakaan, lalu pelaku tersinggung lantaran korban mengetuk-ngetuk kaca jendela.
Pelaku bertanya “kenapa kamu ketuk-ketuk”, korban tidak menjawab dan hanya tersenyum.
Karena merasa tersinggung dan pertanyaannya tidak dijawab dan hanya tersenyum, pelaku langsung memukuli korban dengan, menyikut, kemudian dengan lutut, dan memukuli bagian belakang telinga korban.
Tidak ada maksud meninggung, menurut penjelasan kerabat korban yang menjelaskan kronologi melalu direct message kepada Rian.
Korban memang dikenal sebagai pribadi yang humoris, tidak ada maksud menyinggung.
Korban sempat mendapat pertolongan medis di klinik pesantren, namun kondisinya semakin parah hingga akhirnya dibawa ke RS Grestelina Makassar pada 15 Februari 2024.
Dari keterangan dokter, korban mengalami rusak di bagian otak kecil yang menyebabkan gagal nafas dan akhirnya meninggal dunia pada 20 Februari 2024.
Pelaku diketahui sempat melakukan hal yang sama pada satri lain, namun pihak pondok pesantren tidak memberi teguran, sanksi atau skors.
Pihak pesantren memilih diam dan terkesan menutupi kasus tersebut.
Diketahui Ayah pelaku diduga seorang Polisi yang masih aktif bekerja.
Pada 21 Februari, pelaku juga masih sempat mengganti usernamenya di Instagram dan bio.
Pelaku memberi pernyataan kepada senior alumni, bahwa ia mengaku hanya melakukan pemukulan satu kali, hal tersebut berbeda dengan penyataannya saat dimintai keterangan oleh pihak kepolisian.
Kasus penganiayaan dan perundungan di pondok pesantren akhir-akhir ini memang marak terjadi, hal tersebut menjadi perhatian khusus para warganet.
Dari utas X yang dibuat oleh @riansazyn ini menimbulkan berbagai respon warganet.
“Masih nggak ngerti kenapa ada bullying di Pesantren,” cuitan dari @msbreewc.
Lain halnya dengan pengguna X dengan nama pengguna @imutabcd yang menyebut bahwa peristiwa ini terkesan ditutup-tutupi lantaran Ayah korban adalah seorang polisi
“Mau Ayahnya Polisi kek, atau apa kek, harusnya jangan ditutup-tutupi dong, nggak adil,” ujarnya.
“Kenapa ya setiap berita begini itu pelakunya selalu dilindungi atau orangtuanya orang penting, nggak habis pikir. RIP untuk korban,” cuit @JungShungcan.
Kejadian ini tentu memberikan duka mendalam bagi keluarga dan orang-orang terdekat korban yang ditinggalkan.
Diharapkan kejadian seperti ini menjadi pelajaran untuk semua kalangan, dan semoga ada regulasi yang lebih jelas untuk mengantisipasi peristiwa seperti ini agar tidak terjadi lagi. (*)
Sumber: kilat
Foto: Korban dan Pelaku Penganiayaan Santri oleh Senior. (Foto : X/ @riansazyn)