Ini bukan gibah. Kalau gibah, membicarakan aib orang lain. Bisa berdosa. Tapi beberapa catatan kecil tentang kegilaan Joko Widodo.
Catatan ini dibuat setelah menyaksikan sebuah video singkat Rocky Gerung.
Di Depan Prof Ikrar Nusabakti, Ade Armando, Masinton Pasaribu dll di sebuah acara yang di viral kan di Tiktok. Durasi 1:24 menit.
Rocky Gerung, mantan dosen UI itu, berbicara dengan gaya khasnya, bilang: Tadi saya baca, Agus Harimurti, bilang, Pak Prabowo belum menerima ucapan selamat, very enough.
Apakah karena KPU belum resmi, bukan karena dia masih menunggu keadaan memburuk, bukan keadaan membaik.
kalau keadaan membaik, Prabowo akan mendapat beban, dia mesti menenteng-nenteng Jokowi, menenteng-nenteng Gibran, menenteng-nenteng Kaesang 5 tahun ke depan.
Jadi secara real politik lebih baik Jokowi di makzulkan, dari pada Prabowo harus menyelamatkan mereka selama lima tahun. itu kacau kondisi kita, logikanya begitu, kalau saya boleh baca jalan berpikir Prabowo yang pasti dia sembunyikan.
Tapi harus jujur, ini persaingan politik, Prabowo tahu bahwa secara kuantitatif dia sudah menang, tapi dia ga mau menerima ucapan.
Dia menerima ucapan dari Putin, Jinping, bahkan Joe Biden dipamerkan.
Kenapa dia ga menerima ucapan selamat dari rakyat Indonesia sendiri. itu psikologi, itu yang mesti kita baca tuh.
Video viral tiktok yang beredar luas di grup wa itu di komentari oleh anggota grup: Jokowi harus dimakzulkan.!
Tapi satu hal luar biasa yang bisa saja terjadi, dengan beredar nya video tiktok itu. Bisa saja Joko Widodo berpikir ulang.
Bisa jadi Rocky Gerung bilang ini benar. Kalau sampai Prabowo jadi Presiden, Jokowi dan anak-anaknya dan keluarganya akan jadi beban.
Dan akibatnya Joko Widodo akan celaka dan hadapi prahara besar.
Alih-alih, dengan merekaya melalui KPU, Bawaslu dan DKPP agar meloloskan dan memenangkan Prabowo-Gibran agar Joko Widodo selamat. Malah bisa ambyar, amburadul atau Rungkad.
Joko Widodo ini manusia gila. Ini analisa saya: Dengan ijazah dari UGM yang tidak jelas bisa jadi walikota, Gubernur dan Presiden.
Dengan janji Bohong soal Mobil Esemka, mengundang decak kagum Rakyat dan mempercayainya, untuk jadi Gubernur dan Presiden.
Dengan menganggap Kalau jadi Gubernur DKI, semua persoalan di DKI: Macet, Banjir, Polusi Udara, rumah – kumuh dan berbagai problem di Ibu Kota negara akan mudah di atasi. Nyata nya setelah 2 tahun di DKI (2012-2014) Dia lari tinggalkan DKI.
Bapaknya Kaesang ini, pernah berujar persoalan di DKI akan di selesaikan setelah jadi Presiden. Tapi setelah jadi presiden, bahkan mau dua periode. Dia mau ngakali untuk terus berkuasa agar 3 Periode, atau tunda Pemilu agar tetap sebagai Presiden.
Dengan ambisi gilanya itu, Megawati yang membesarkan dan mengawalnya sampai Presiden dicampakkannya dengan mengusung Prabowo sebagai Capresnya.
Juga membuang Surya Paloh, karena mencapreskan Anies Baswedan. Mantan Mentrinya, lalu mengalahkan jagonya di DKI: AHOK-JAROT. Nasdem pun di “Obok-obok”. 2 Mentri Nasdem pun dicolok.
Demikian juga, Demokrat. Ada upaya kudeta Demokrat melalui tangan Moeldoko, mantan Panglima TNI Presiden SBY dan KSP Joko Widodo.
Anies Baswedan alumnus benaran UGM ini, dimusuhi agar Gagal Capres, tapi Surya Paloh mengolahnya sehingga jadi capres. Megawati dan Surya Paloh yang punya capres sendiri, tak luput dari gangguan Joko Widodo.
Prabowo Subianto yang tadinya membesarkannya di DKI, tapi dilawan sampai kalah 2 kali dalam pilpres 2014-2019 dan 2019-2024. Dengan menyakinkan dan akhirnya menyerah sebagai Menhannya Joko Widodo.
Di pilpres 2024. Dengan segala cara, bagaimana agar Prabowo menang dengan menggandeng anaknya: Gibran.
Tapi kalau mencermati omongan Rocky Gerung itu, bagi Joko Widodo dalam hati: Bisa jadi benar ini si Rocky?
Bisa bahaya ini, kalau sampai Prabowo jadi dilantik. Masih ada 7 bulan saya masih presiden, punya kekuasaan, punya kekuatan. Saya harus bisa berbuat sesuatu agar Prabowo jangan sampai dilantik. Dalam hati kecil Joko Widodo. Terima kasih Bung Rocky, Anda telah membuka mata saya, atas musuh yang harus saya singkirkan.
Agar selamat sampai dilantik jadi presiden dengan perolehan kemenangan di KPU, maka Prabowo Subianto harus memerintahkan Fraksi Gerindra di DPR untuk dukung sepenuhnya Hak Angket. Berkoalisi dengan Partai lain di DPR.
Karena, bila Hak Angket itu digelar; maka itu Hak Menyelidiki Kerja Presiden Joko Widodo dalam menjalankan UU selama ini.
Jadi Prabowo tidak perlu takut atau cemas dengan Hak Angket DPR. Justru kalau Prabowo takut, ya. Sama dong takutnya Joko Widodo. Padahal Angket untuk Presiden bukan calon Presiden, apalagi Presiden terpilih yang belum dilantik.
Dugaan saya. Ada kekhawatiran yang mendalam dalam diri Joko Widodo untuk mencari selamat. Jika Prabowo tidak menjamin keselamatannya dan keluarganya. Bisa jadi, Joko Widodo akan berpikir konyol untuk mencari jalan selamat dengan berdamai dengan Anies Baswedan atau dengan Ganjar.
Tapi apakah persoalannya, Megawati masih mau buka pintu maaf dan menerimanya kembali setelah menjadi Malin Kundang?
Kalau Joko Widodo berpikir nekad. Bisa saja itu terjadi seperti di KPU. Ingat bagaimana Joko Widodo merestui adiknya Idayati menikah dengan Anwar Usman, ketua MK dan, lalu meloloskan Gibran, ponakannya, meski tabrak etika, moral, hukum dan konstitusi dan Paman Usman akhirnya terpental kursinya sebagai ketua MK, bukan?
Toh tindakan konyol dan gila seperti itu pun bisa dilakukan oleh Joko Widodo dengan tenang.
Jadi, meski KPU telah memenangkan Prabowo dengan tudingan Curang sekali pun, KPU, Bawaslu, DKPP ga gubris.
Bisa jadi di MK, Prabowo dikalahkan karena mantan Danjend Kopassus dan Pangkostrad itu dianggap ancaman atas keselamatan diri dan keluarganya JOKO WIDODO. Kalau sampai di lantik.
Dan kegilaan Joko Widodo, bisa saja di lakukan. Apa langkah antisipatif Prabowo?
Rocky Gerung dan Publik menunggu kejutan, Prabowo dilantik atau Joko Widodo lanjut?
Sawangan, 23 Maret
Oleh: Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Disclaimer: Rubrik Kolom adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan oposisicerdas.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi oposisicerdas.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.