Mahkamah Konstitusi (MK) mulai menggelar sidang pemeriksaan pendahuluan perselisihan hasil Pemilu 2024, di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, menilai hal itu kurang dapat diterima nalar. Pasalnya, selisih perolehan suara yang didapat Prabowo dengan Paslon lain cukup jauh.
"Inilah yang akan kami perkuat, dengan argumen yang rasional, dengan fakta dan data yang akurat, sehingga apa yang mereka sangkakan adalah sesuatu yang keliru, tidak benar dan tidak masuk akal," katanya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (27/3).
Menurutnya, cara pandang dua rival Prabowo tidak masuk akal, karen menyangka tidak ada satupun rakyat Indonesia yang memilih pasangan Prabowo-Gibran.
"Pemilu sudah berlangsung, rakyat sudah memilih, bahkan tingkat pemilihnya sangat tinggi, 81 persen. Partisipasi yang tinggi ini dianggap tidak ada, dianggap nol oleh mereka. Cara pandang yang aneh, mustahil," katanya.
"Terus terang, saya tidak bisa berpikir bagaimana pandangan politik bisa seperti itu. Pandangan hukum juga bisa seperti itu," sambungnya.
Muzani juga menambahkan, rival Prabowo tengah berupaya mencari alasan untuk menggugat di MK.
"Menggugat suara itu sesuatu yang tidak mungkin, selisihnya luar biasa, 98 juta, sementara kedua pasangan itu digabung pun gak ada setengahnya," katanya.
"Ini seperti mencari-cari alasan," tutupnya.
Sumber: rmol
Foto: Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, dan Juri Ardiantoro/RMOL