Kulihat Dewi, mantan istriku. Ia tampak cantik dan terawat, tak seperti dulu saat bersamaku. Kuperhatikan dengan teliti, kerudung lebar yang ia kenakan, rupanya tak mampu menutupi perutnya yang membuncit. Badannya pun kini berisi. Mungkinkah ia tengah mengandung? Ah, entahlah. Sepuluh tahun berpisah denganku bukanlah waktu yang sebentar. Aku yakin ia telah menikah dan hidup berbahagia. Syukurlah, aku turut senang melihatnya.
"Aku pulangkan kamu ke rumah orang tuamu. Tak sanggup lama-lama hidup berdua denganmu. Di luar sana, masih banyak perempuan yang cantik dan menggoda. Juga lebih sedap dipandang mata dari pada kamu. Oh, ya. Satu hal lagi. Jangan pernah mencariku. Kita resmi berpisah mulai hari ini juga."
Aku menelan ludah, pahit. Masih teringat dalam benak. Kalimat itu kuucapkan padanya. Ya, sepuluh tahun yang lalu. Meski sejujurnya, semua itu adalah dusta. Semua kulakukan dengan terpaksa. Menyakiti hatinya agar ia mau membenciku. Lelaki yang sama sekali tak pantas untuknya. Yang hanya akan menyengsarakan hidupnya. Aku mandul. Vonis dokter berkata demikian. Biarkan saja ia salah paham. Asal ia bisa bahagia dengan kehidupan barunya. Dewi ... maaf. Rasa sayang yang teramat besar ini, ternyata mampu melukai diri. Semoga kamu selalu berbahagia. Meski bukan dengan diriku.
Untuk selanjutnya silahkan tonton disini Dear Mantan Istri | Part 2