Konflik yang terjadi antara Iran dan Isarel berpotensi ikut memberikan dampak terhadap perekonomian global, termasuk ke Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun cukup was-was dengan kondisi tersebut, dia bilang ekonomi Indonesia juga berpotensi terkena 'getah' dari konflik kedua negara Timur Tengah itu.
"Dunia secara geopolitik tensinya tidak menurun atau justru cenderung meningkat dan ini menciptakan risiko spill over ke perekonomian dunia," kata Sri Mulyani dalam konfrensi pers di Kantornya pada Jumat (26/4/2024).
Menurutnya tersebut akan memberikan dampak kepada ekonomi secara signifikan. Hal ini baik dari segi peningkatan harga komoditas, nilai tukar mata uang, inflasi, hingga suku bunga global yang dipengaruhi oleh Federal Funds Rate.
Salah satu dampak yang bisa dirasakan kata Sri Mulyani adalah perihal meningkatnya harga minyak mentah dunia, hal ini bisa berimbas naiknya harga BBM di Tanah Air.
Sri Mulyani menjabarkan, harga minyak sempat menembus angka US$ 90 per barel namun kembali terkoreksi di bawah US$ 90 per barel untuk harga minyak Brent. Sekarang posisi terakhir adalah US$ 88 per barel.
"Secara year-to-date (ytd) harga minyak ini 14,3% jadi memang ada kecenderungan perlambatan kenaikan harga minyak antar Januari-Maret, bahkan sampai April ini. Hal ini tidka bisa dipungkiri karena adanya ketegangan geopolitik atau di Timur Tengah," jelasnya.
Begitu pula dengan minyak keluaran WTI, harganya sedikit di bawah Brent namun kecenderungannya sama. Kenaikannya di 17,5% ytd Januari-April 2024. Selain itu, menurutnya RI juga tetap perlu waspada untuk border distruption dari rantai pasok terutama di minyak dan gas karena kondisi di kawasan masih penuh gonjang-ganjing.
"Kecenderungan harga minyak tinggi akan mempengaruhi APBN dan perekonomian kita dan kemudian menyebabkan tekanan inflasi," imbuhnya.
Sumber: suara
Foto: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani/Net