Cadangan devisa RI dipastikan aman. Meski mengalami sedikit penurunan, tetapi masih mencukupi lebih dari standar internasional.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan bahwa cadangan devisa setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor, atau berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Cadangan devisa kami itu jauh lebih tinggi dari ukuran IMF (International Monetary Fund). Sehingga 'kenapa penurunan cadangan devisa?', enggak usah gundah gulana, enggak usah insecure, ya memang wajarnya gitu," jelas Perry dalam media briefing, dikutip Kamis (9/5).
Perry menjelaskan bahwa cadangan devisa merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. Sehingga cadangan devisa akan naik pada saat terjadi inflow dan surplus neraca perdagangan.
Namun, cadangan devisa akan turun saat terjadi outflow dan saat BI melakukan stabilisasi nilai tukar.
"Memang kita kumpulkan waktu panen, sekarang terjadi outflow ya turun, tapi kami pastikan stoknya itu jauh lebih dari cukup dari yang kita perlukan," tegasnya.
Adapun dalam upaya menaikkan cadangan devisa BI sendiri telah berupaya mengerek suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen pada akhir April 2024.
"Singkatnya, kami memperkirakan bahwa cadangan devisa akan kembali naik, yaitu dengan langkah kebijakan kemarin dan terjadi dari inflow, meskipun kami tahu bahwa ini nanti di triwulan II ini ada beberapa kenaikan demand, ya, baik dari korporasi maupun yang lain," jelas Perry.
Cadangan devisa RI sendiri tercatat berada di posisi 136,2 miliar dolar AS atau senilai Rp2.188 triliun per April 2024. Angka tersebut turun 4,2 miliar dolar AS (Rp67 triliun) dibandingkan cadangan pada Maret lalu sebesar 140,4 miliar dolar AS.
Meski demikian, BI memastikan bahwa cadangan tersebut akan tetap memadai, yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga.
Sumber: rmol
Foto: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo/Net