Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri menilai Prabowo Subianto akan menunjukkan sikap independen jika menjadi presiden kelak nanti.
Hal itu diungkapkannya dalam podcast bersama Wakil Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindravadana di Krapu TV yang mengundang Tengku Zanzabella dan Habib Salim bin Sholahuddin Jindan pada 9 Mei 2024.
Faisal menilai koalisi Prabowo dan Joko Widodo (Jokowi) merupakan strategi Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024 setelah mengalami kekalahan pada 2014 dan 2019.
“Pak Prabowo sendiri adalah orang yang rasional, punya jati diri dan wawasan luas. Ia ingin punya legacy namun tersandung oleh Jokowi yang beberapa tahun lalu disebut curang oleh Prabowo. Tak ada cara lain untuk menang kecuali dengan merangkul Jokowi,” ujar Faisal.
Untuk memperkuat dukungan, Prabowo juga menggandeng putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka,
Namun, kata Faisal, langkah Prabowo ini sebagai cara yang “kotor” untuk meraih kekuasaan.
Anak Buah Sri Mulyani & Luhut Buktikan Pernyataan Faisal Basri Soal Hilirasi Nikel Keliru dan Sesat
“Jika Prabowo menuduh Jokowi melakukan kecurangan agar menang di pilpres yang lalu, hal serupa juga dilakukan oleh Prabowo ketika ia merangkul anak Jokowi untuk memenangkan pilpres,” katanya.
Hubungan Tak Sehat
Faisal mengungkapkan hubungan antara Prabowo dan Jokowi saat ini tampak manis karena “jasa Jokowi” dalam pemenangan Prabowo.
Namun, ia berpendapat kemesraan ini tidak akan bertahan lama.
“Prabowo tak ingin jadi presiden dengan bayang-bayang Jokowi di belakangnya,” kata Faisal.
Habib Salim Jindan menambahkan, taktik Prabowo adalah memanfaatkan popularitas Jokowi untuk meraih kekuasaan.
“Kalau memang dia (Prabowo) ingin menjadi presiden dengan mengakali Presiden dan juga presiden mengakali Prabowo dengan menaruh anaknya di sana, berarti keduanya haus kekuasaan dong? Mau dibawa kemana Indonesia,” papar Salim.
Tengku Zanzabella menimpali, kedua tokoh tersebut saling mengakali satu sama lain untuk tetap berkuasa.
Ia menyoroti jika suara parlemen 90% memihak pemerintah, demokrasi di parlemen akan kehilangan maknanya.
Prabowo dan Jokowi Berpotensi Pecah Kongsi
Faisal mengakui bahwa meski prediksi demokrasi Indonesia suram, masyarakat tidak perlu terlalu pesimis terhadap Prabowo.
Ia menganalisis bahwa pecahnya kongsi antara koalisi Prabowo-Jokowi bisa memperbaiki keadaan.
Faisal menyatakan bahwa Jokowi berambisi mempercepat proyek Ibu Kota Negara (IKN) dengan biaya ratusan triliun, sementara Prabowo bermimpi memperkuat ketahanan dan pertahanan Indonesia, baik pangan maupun militer.
“Belanja pertahanan di era Prabowo diprediksi meningkat dua kali lipat dan ini akan mengganggu proyek ambisius Jokowi,” ungkapnya.
Faisal juga menegaskan bahwa kekacauan ekonomi Indonesia adalah akibat salah urus kepemimpinan Jokowi.
“Ekonomi memburuk terus, pertumbuhan turun, nilai mata uang menurun otomatis harga naik, dan harga gula yang awalnya per kilo Rp12.500 kini jadi Rp17.000,” papar Faisal.
Untuk menghindari masa depan yang suram, Faisal menekankan pentingnya membangun kekuatan sipil.
Menurut dia, kekuatan sipillah yang akan memperkuat demokrasi dan iklim bisnis di Indonesia.
“Rakyat harus diberi edukasi masyarakat dan pengenalan demokrasi. Jika demokrasi kita kuat maka politik uang dan kecurangan akan bisa dihalau oleh rakyat kita,” katanya.
Sumber: inews
Foto: Pengamat ekonomi dan politik Faisal Basri/Net