Aset PP Muhammadiyah dikuras habis dari BSI usai Felicitas Tallulembang singkirkan Abdul Mu’ti dalam jajaran direksi.
Ketua Ekonomi & Bisnis PP Muhammadiyah Anwar Abbas menyebut bahwa jatah komisaris bukan jadi alasan utama hengkang dari BSI.
Tabiat kikir BSI terhadap bank syariah kecil ternyata jadi salah satu isu yang Muhammadiyah garis bawahi sejak tahun 2020.
Anwar Abbas mengungkap aset Rp214 Triliun di BSI merger ternyata sulit digapai oleh pemodal-pemodal kecil, salah satunya BPRS.
BPRS sendiri mengaku kesulitan mendapat kredit dari bank BUMN tersebut.
Petinggi PP Muhammadiyah itu mengaku bahwa asosiasi BPRS sempat ‘meminta’ dana untuk memperjuangkan usaha-usaha kecil.
Hal ini didasari atas BSI yang diduga ogah-ogahan untuk memberikan kucuran dana terhadap UMKM.
"Timbul pertanyaan, itu uang yang ada Merger itu 214 Triliun kan," ujarnya seperti dikutip Kilat.com dari YouTube Academics TV pada Rabu, 26 Juni 2024.
Alih-alih mendanai, bank BUMN tersebut dinilai petinggi Muhammadiyah telah membuat rakyat kecil menjerit.
"Bayangkan nyari dana sampai menjerit-jerit,” ungkapnya.
"Masa BPRS cuma butuh 10 miliar ndak ngasih, ya berbagi lah," imbuhnya.
Petinggi PP Muhammadiyah itu juga menyoroti adanya anomali di tubuh BSI utamanya setelah merger.
Kala Anwar Abbas ditanya tentang kemungkinan mendirikan bank syariah sebagai kompetitor BSI, ia nampak tersenyum.
Ia menyebut bahwa para tokoh Muhammadiyah telah lama mendiskusikan rencana ini sejak 4 tahun silam.
"Intinya, tokoh kami sudah sangat siap," ujarnya.
Namun Muhammadiyah tetap menaruh kepercayaan terhadap BSI sehingga masih terjadi negosiasi sebelum insiden penarikan dana terjadi.
Demikian kata petinggi PP Muhammadiyah Anwar Abbas soal BSI dengan aset merger Rp214 Triliun diduga pelit mendanai nasabah kecil. (*)
Sumber: kilat
Foto: Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi Abbas yang singgung BSI. (Kolase JMA Syariah dan Instagram/@ngomonginuang)