HASRAT NIKMAT TERLARANG (Cerita Cinta Romantis) -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

HASRAT NIKMAT TERLARANG (Cerita Cinta Romantis)

Sabtu, 20 Juli 2024 | Juli 20, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-20T15:33:52Z

HASRAT NIKMAT TERLARANG (Cerita Cinta Romantis)

"Gimana kalau istri Mas tau tentang hubungan kita?" Belina menatap lekat lelaki yang di sampingnya.

Edwin membalas tatapan wanita yang telah menjalin kasih dengannya selama enam bulan itu. "Apakah kamu takut?"

"Aku tidak takut kalau dia tau, tapi ...."

Edwin mendekatkan wajah ke Belina. "Tapi apa?"

Belina mendekap Edwin. "Aku takut kalau hubungan kita harus berakhir."

Edwin membalas dekapan Belina. Selalu ada getaran dalam hatinya ketika bersama gadis cantik yang sedang di dekapnya.

Edwin tidak peduli dengan perbuatannya yang jelas terlarang. Menjalin kasih dengan wanita lain di saat statusnya masih sebagai suami.

Belina pun sama tidak peduli dengan hubungan terlarangnya. Baginya, Edwin adalah lelaki idaman yang pantas untuk dimiliki.

Ponsel Edwin berdering. Edwin melepaskan dekapan, lalu mengambil ponsel di nakas.

"Siapa?"



Edwin menatap Belina. "Elsa."

Edwin menerima telepon dari istrinya. Mencoba bersikap tenang agar sang istri tidak menaruh curiga.

"Mas, masih di tempat kerja?" tanya Elsa dengan nada khawatir.

"Tidak." Edwin melirik Belina yang sedang menahan cemburu. "Tapi, sedang bertemu klien. Kenapa?"

"Tadi Bi Ida telepon ngasih tau kalau Kia demam. Aku belum bisa pulang, karena harus lembur."

"Nanti aku segera pulang."

"Makasih, ya, Mas."

Mata Belina melebar. Kebersamaan yang sedang dinikmati harus segera berakhir. Hatinya semakin bergemuruh.

Edwin segera merapikan kemejanya, dilanjut memakai dasi yang sempat dia lepas.

"Disuruh pulang, ya?"

Edwin mengangguk. "Kia demam."

Belina tidak mampu melarang Edwin pulang. Karena dia tahu, bahwa Edwin sangat menyayangi putri semata wayangnya itu.

"Hati-hati di jalan, ya. Semoga Kia cepat sembuh." Belina mengukir senyum. Meski, hatinya masih belum rela kalau Edwin harus pergi.

"Iya. Makasih doanya, Sayang." Edwin mengecup kening Belina, lalu segera pergi meninggalkan apartemen.

***

Edwin duduk di tepi ranjang. Menemani Kia yang sedang tidur. Sesekali dibelainya gadis kecil berambut panjang sepunggung itu.

Diliriknya jam di dinding, sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Elsa belum juga pulang.

Edwin berdiri. Lalu mengambil ponsel di saku celana hitam panjang yang dikenakan. Dipilihnya salah satu nama di kontak untuk melakukan panggilan.

"Di mana?" tanya Edwin datar saat sang istri mengangkat telepon darinya.

"Aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai."

"Oke!"

"Gimana keadaan Kia, Mas?"

Edwin menatap Kia. "Sudah sedikit membaik."

"Syukurlah. Ya, sudah aku tutup teleponnya dulu. Bye, Mas."

"Bye."

Edwin kembali duduk di tepi ranjang. Menyentuh kening Kia untuk mengecek kembali suhu tubuh putrinya itu.

Terdengar suara bel. Namun, Edwin tidak membukanya. Karena menurutnya, nanti akan dibukakan oleh ART.

Tidak lama kemudian, Elsa datang ke kamar Kia. Berjalan mendekat, lalu menyentuh kening Kia.

Hatinya merasa lega, ketika didapati suhu tubuh putri kecilnya itu sudah tidak panas lagi.

"Makasih, ya, Mas." Elsa tersenyum manis.

"Untuk apa?"

"Sudah jagain Kia di saat aku masih kerja. Pasti pertemuan Mas dengan klien sangat penting, tapi Mas harus pulang karena Kia demam."

Edwin kembali mengingat perkataannya di telepon kepada Elsa. Di sisi lain pun, Edwin menjadi kepikiran Belina. Gadis cantik yang sepuluh tahun lebih muda darinya.

Edwin mengangguk. "Kia jauh lebih penting."

Elsa mendekap lelaki bermata teduh yang berada di depannya. Edwin membalas dekapan itu, meski terasa hambar.

"Aku bersyukur bisa menikah denganmu, Mas. Sepertinya, aku salah satu wanita yang beruntung di dunia ini. Karena bisa memilikimu." Elsa mengeratkan dekapan. Hatinya merasa nyaman ketika berada di dekat Edwin.

"Aku pun begitu." Edwin membelai kepala Elsa.

Edwin melepaskan dekapan, lalu membingkai wajah Elsa dengan kedua tangannya. "Aku mau mandi dulu, ya."

Elsa mengangguk dan tersenyum. Edwin mendaratkan kecupan di kening sang istri. Lalu, melangkah pergi menuju kamarnya.

Terdengar getar ponsel milik Edwin yang tertinggal di kamar Kia. Diambilnya oleh Elsa ponsel yang tergeletak di dekat bantal yang ditiduri Kia. Ada satu pesan dari seseorang dengan nama kontak 'Beny'.

Kenapa ponselnya sampai ketinggalan? Mungkin, ini pesan dari rekan kerjanya, pikir Elsa seraya mengukir senyum.

Elsa membelai kepala Kia, lalu mengecup kening putri cantiknya itu.

"Cepat sembuh, ya, Sayang." Elsa tersenyum, lalu segera pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar, Edwin belum selesai mandi. Elsa duduk di depan meja rias untuk membersihkan riasannya.

Ponsel Edwin kembali bergetar. Seseorang dengan nama kontak 'Beny' kembali mengirim pesan.

Elsa tidak bisa membuka pesan itu. Karena baginya itu adalah hal pribadi yang harus meminta izin Edwin kalau ingin membukanya.

Tidak lama, Edwin pun keluar dari kamar mandi. Memakai kaus pendek putih dipadukan celana pajang hitam.

"Mas, ini tadi ada pesan." Elsa mengulurkan ponsel Milik Edwin.

"Dari siapa?"

 

Silahkan kunjungi lengkapnya disini  HASRAT NIKMAT TERLARANG

 


×
Berita Terbaru Update
close