Pertemuan antara 5 cendikiawan Nahdliyin dengan presiden Israel Isaac Herzog belakangan ini menuai kritik tajam dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan, K.H. Mukti Ali Qusyairi, Pengurus Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM) PWNU yang tergabung dalam organisasi bernama Pusat Studi Warisan Ibrahim untuk Perdamaian (RAHIM) juga terseret dalam masalah ini. Profil Mukti Ali Qusyairi, ketua IBM PWNU Jakarta sekaligus Direktur RAHIM pun banyak dicari.
Sebagai informasi, Organisasi RAHIM adalah suatu lembaga masyarakat yang menyuarakan perdamaian guna terciptanya kerukunan antar umat beragama, terutama antara umat muslim dan Yahudi. Lembaga RAHIM diyakini sebagai koalisi antara tiga organisasi agamawi. Di antaranya yaitu Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU), Eits Chaim Indonesia dan juga Bnei Noah Indonesia.
Adapun dalam organisasi RAHIM, Mukti Ali Qusyairi menduduki jabatan sebagai Presiden Direktur. Sementara itu, pengurus organisasi Rahim terdiri dari beberapa anggota dengan perannya masing-masing, di antaranya yaitu Leo Agustinus Yuwono (Kepala Delegasi) Elisheva D. Stoss (Direktur Urusan Luar Negeri), dan Avigayil Ziva Solomon (Manager Penelitian Luar Negeri).
Di sisi lain ada pula Yokhanan Elias (Manager Diseminasi dan Informasi), K.H. Zainul Maarif (Manager Penelitian Domestik), K.H. Roland Gunawan (Manager Media dan Komunikasi), K.H. Asnawi Ridwan (Manager Penelitian Kitab Suci), serta Lodwyk Tiwery (Manager Pendanaan).
Atas kejadian ini, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jakarta, Syamsul Ma'arif berencana memanggil Mukti Ali Qusyairi. Syamsul mengungkapkan pemanggilan itu dilakukan esok.
"Rencananya Kamis besok saya panggil. Saya sudah kirim surat. Besok saya panggil mereka," ungkap Syamsul di kantor PBNU, Jakarta Pusat, dikutip pada Rabu (17/7/2024).
Meski ada beberapa anggota LBM PWNU yang tergabung dalam lembaga RAHIM, termasuk Mukti Ali, Syamsul mengaku tak tahu menahu tentang organisasi tersebut.
Profil Mukti Ali Qusyairi
Mengutip dari laman resmi organisasi RAHIM, K.H Mukti Ali Qusyairi adalah salah satu intelektual muda ormas NU. Selama ini, sosoknya cukup aktif menulis buku hingga opini di sejumlah koran nasional.
Tak hanya aktif sebagai penulis, Mukti Ali Qusyairi juga diketahui kerap jadi pembicara publik serta aktivis perdamaian-toleransi-anti kekerasan. Dari sini, kiprahnya di masyarakat tak perlu diragukan lagi.
Pria lulusan Universitas Al-Azhar Mesir itu, kini menjabat sebagai ketua Lajnah Bahtsul Masa'il (LBM) PWNU DKI Jakarta sekaligus anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta Presiden Direktur RAHIM. Bahkan, K.H. Mukti Ali Qusyairi juga berprofesi sebagai dosen di Pascasarjana Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Jakarta.
Keterlibatan Mukti Ali dalam organisasi seperti LBM NU dan juga Majelis Ulama Indonesia menunjukkan komitmennya di dalam mengembangkan nilai-nilai keagamaan yang moderat serta inklusif. Pengalaman akademis yang didapat dari Universitas Al-Azhar, yang merupakan salah satu institusi pendidikan Islam terkemuka di dunia, turut menambah kredibilitasnya menjadi seorang intelektual.
Tak sampai di situ saja, melalui kepemimpinannya di organisasi RAHIM, ia disebut berusaha mewujudkan kerukunan antarumat dengan menginisiasi sejumlah program yang memfasilitasi dialog dan kerja sama antar komunitas Muslim dan Yahudi di Indonesia. Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan dan kritik di tengah masyarakat, komitmennya terhadap perdamaian dan toleransi tetap teguh.
Baru-baru ini, sosok K.H. Mukti Ali Qusyairi semakin menjadi sorotan publik usai Lembaga RAHIM (The Ibrahim Heritage Study Center for Peace) menjadi perhatian publik. Lembaga ini banyak diperbincangkan lantaran diduga mendukung Israel, terutama usai adanya pertemuan di antara para cendekiawan Nahdliyin dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Demikian Profil Mukti Ali Qusyairi, ketua IBM PWNU Jakarta sekaligus Direktur RAHIM pun banyak dicari. Semoga informasi ini bermanfaat!
Sumber: suara
Foto: Sosok Mukti Ali Qusyairi, Tokoh NU sekaligus Direktur RAHIM yang Temui Presiden Israel (YouTube Mukti Ali Qusyairi)
