Kalangan Salafi menganggap boleh bergembira kepada ulama ataupun orang-orang yang meninggal versi mereka menyebarkan bid’ah dan kesesatan.
“Kalangan muslimin penyeru kepada kesesatan, di satu sisi kita sedih. Di satu sisi kita bahagia karena dia tidak menyerukan kesesatan tersebut. Di sisi lain, kita kasihan, dia muslim, hendaknya kita doakan,” kata Ustaz Firanda Andirja di akun YouTube.
Firanda mengutip dari Ibnu Taimiyah diriwiyatkan Ibnu Qayyim, menyebut musuh utama Ibnu Taimiyah namanya Ibnu Mahluf sering membantah, menyesatkan Ibnu Taimiyah, dan meninggal. Maka Ibnu Qayyim senang atas kabar meninggalnya Ibnu Mahluf. Ibu Qayyim berkata: Saya tidak pernah melihat Ibnu Taimiyah kepada musuhnya.
“Orang maksiat satu sisi kita benci tapi kasihan juga. Dia meninggal berhenti dari kemaksiatan kita ikut senang,” jelas Firanda.
Media online yang menjadi rujukan kalangan Salafi almanhaj.or.id berjudul Menyikapi Wafatnya Ahlul Bida’ dan Kesesatan Secara Hukum Syar’i
Dalam website itu tertulis, bergembira dengan wafatnya tokoh/pemuka bid’ah dan kesesatan yang menyeru kepada kebatilan. Lebih khusus lagi, jika yang wafat tersebut adalah para pemimpin bida’ dan kesesatan, para icon dan para pemrakarsa. Seorang muslim bergembira karena dengan kematian mereka, patah dan terputuslah pena-pena (yang menggores kesesatan) mereka, lenyaplah pemikiran-pemikiran sesat mereka, yang dengan itu semua mereka mengelabui manusia.
“Para Salaf menampakkan kegembiraan mereka dengan wafatnya orang-orang tersebut, dan sebagian mereka memberi berita gembira kepada sebagian lainnya akan berita wafat tersebut,” tulisnya.
Sumber: suaranasional
Foto: Ustadz Firanda Adirja (IST)